KOMPAS.com - Warganet di media sosial X menyebut YouTuber Indonesia, Indah G dan personel boy group K-pop, Taehyung (V) BTS sebagai seseorang yang tone deaf.
Salah satu warganet yang menyebut Indah G tone deaf adalah akun @lilaccou*** yang memberikan komentar usai video podcast Indah bersama dengan komika Indonesia, Coki Pardede viral.
Dalam video tersebut, Indah G terlihat menertawakan aksi boikot produk terafiliasi Israel yang sedang ramai dilakukan oleh warga dunia, termasuk Indonesia.
Sementara itu, Taehyung BTS juga disebut tone deaf karena mengunggah produk kentang goreng dari salah satu restoran fast food yang sedang diboikot karena diduga terafiliasi dengan Israel.
Lantas, apa arti tone deaf yang sedang ramai disebut di media sosial?
Baca juga: Ramai Jasa Joki Strava di Media Sosial, Ketika Angka Lebih Diakui daripada Aksi Nyata
Merujuk pada Cambridge Dictionary, tone deaf memiliki dua arti dan makna yang berbeda dalam penggunaannya.
Pertama, tone deaf diartikan sebagai seseorang yang "tuli nada" atau tidak mampu mengenali nada yang berbeda sehingga tak bisa menyanyikan lagu dengan tepat.
Tapi secara metafora, tone deaf diartikan sebagai seseorang yang tidak dapat memahami perasaan orang lain terhadap sesuatu atau apa yang tidak dibutuhkan dalam situasi tertentu.
Dilansir dari Merriam-Webster, tone deaf juga dapat diartikan ketika seseorang menunjukkan ketidakpekaan atau acuh tak acuh dalam hal sentimen, opini, atau pendapat publik terhadap isu-isu sensitif.
Contoh penggunaan kalimat tone deaf dalam konteks sosial adalah “banyak politisi yang tone deaf terhadap penderitaan rakyat.”
Kalimat tersebut merujuk pada banyaknya politisi yang bersikap cuek atau tidak peka terhadap penderitaan rakyat.
Baca juga: Istilah Khodam Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan
Dikutip dari The Week (2017), konsep seseorang yang tone deaf sudah ada di Perancis sejak abad ke-18.
Ratu Perancis yang terkenal saat itu, Marie Antoinette pernah melontarkan kata-kata “biarkan mereka makan kue” ketika para petani di negara tersebut sedang berjuang melawan kelaparan.
Sosok Ratu Marie adalah penggambaran yang tepat dari konsep tone deaf yang sesuai dengan situasi politik Perancis saat itu.
Ketidakpedulian atau ketidakpekaan seseorang dalam situasi sosial terasa sangat menjengkelkan dan kejam.