优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Pemanasan Global Bisa Membuat Beras Menjadi Beracun?

优游国际.com - 22/04/2025, 17:59 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com Beras telah lama menjadi simbol kehidupan dan ketahanan pangan, terutama di Asia. Lebih dari sekadar makanan pokok, beras hadir dalam setiap momen penting masyarakat – dari santapan harian hingga upacara adat. Namun, krisis iklim global kini mengancam ikatan mendalam itu, bukan karena kelangkaan, melainkan karena bahaya yang tak terlihat: racun.

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di The Lancet Planetary Health dan dipimpin oleh tim peneliti dari Columbia University, bekerja sama dengan ilmuwan dari Tiongkok dan Amerika Serikat, mengungkap perubahan mengkhawatirkan dalam sistem pertanian padi.

Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa peningkatan suhu dan kadar karbon dioksida (CO2) akibat perubahan iklim dapat meningkatkan kadar arsenik anorganik dalam butiran beras. Arsenik ini bersifat toksik dan dikaitkan dengan berbagai penyakit serius, seperti kanker, penyakit jantung, hingga gangguan perkembangan anak.

“Kenaikan arsenik ini bisa secara signifikan meningkatkan kejadian penyakit jantung, diabetes, dan efek kesehatan non-kanker lainnya,” ujar Dr. Lewis Ziska, profesor dari Columbia Mailman School of Public Health.

Baca juga: Apakah Beras Cokelat Lebih Sehat? Studi Ungkap Risiko Tersembunyi

Bagaimana Iklim Mempengaruhi Arsenik dalam Beras?

Selama ini, studi tentang arsenik dalam beras hanya menyoroti satu faktor iklim, seperti suhu atau CO2, secara terpisah. Namun, studi baru ini menggunakan pendekatan menyeluruh. Dengan teknologi Free-Air CO2 Enrichment (FACE), para peneliti meniru kondisi iklim masa depan secara realistis.

Dalam percobaan yang berlangsung selama 10 tahun di Delta Sungai Yangtze, mereka menanam 28 varietas beras di empat lokasi berbeda. Dengan menaikkan suhu sebesar 2°C dan CO2 sebesar 200 ppm dari kadar normal, hasilnya menunjukkan efek sinergis: arsenik anorganik dalam beras meningkat lebih besar dibandingkan jika hanya satu faktor yang berubah.

Baca juga: Apakah Kebiasaan Makan Beras Mentah Aman untuk Kesehatan?

Mekanisme di Balik Kenaikan Arsenik

Lebih dari sekadar memengaruhi tanaman, iklim yang memanas juga mengubah komposisi mikroba dan kimia tanah sawah. Suhu tinggi menurunkan potensi redoks tanah, menciptakan kondisi anaerob (tanpa oksigen) yang mempercepat pelepasan arsenik ke dalam air tempat akar padi tumbuh.

Penelitian ini juga mencatat peningkatan signifikan gen mikroba tanah seperti arsC, yang berperan mengubah arsenik menjadi bentuk yang lebih beracun. Pada tahap pengisian butir beras, gen ini meningkat enam kali lipat.

Perubahan iklim memicu perubahan kimia tanah yang membuat arsenik lebih mudah diserap oleh tanaman padi,” jelas Dr. Ziska.

Baca juga: Arsenik, Elemen Paling Beracun yang Ada di Beras, Haruskah Khawatir?

Ilustrasi beras. iStockphoto/Oat_Phawat Ilustrasi beras.

Dampak Kesehatan yang Luas

Penelitian ini juga melakukan pemodelan risiko kesehatan di tujuh negara Asia: Bangladesh, Tiongkok, India, Indonesia, Myanmar, Filipina, dan Vietnam – negara-negara dengan konsumsi beras tinggi dan sistem sawah irigasi.

Hasilnya untuk tahun 2050 sangat mencemaskan. Indonesia dan Vietnam diprediksi memiliki tingkat paparan arsenik tertinggi melalui konsumsi beras. Risiko kanker paru-paru dan kandung kemih meningkat hingga 44% dibandingkan kondisi saat ini. Tiongkok saja diperkirakan menghadapi 19,3 juta kasus kanker tambahan akibat konsumsi beras berarsenik.

Di luar kanker, arsenik anorganik juga dikaitkan dengan penyakit jantung iskemik, diabetes, gangguan kehamilan, keterlambatan perkembangan anak, hingga gangguan sistem kekebalan tubuh.

“Dari sudut pandang kesehatan, efek toksik arsenik anorganik telah diketahui luas – termasuk kanker paru, kandung kemih, dan kulit,” lanjut Dr. Ziska.

Baca juga:

Jejak Perubahan Iklim yang Sudah Terlihat

Menariknya, kadar arsenik dalam beras juga meningkat secara nyata selama dekade terakhir (2014–2023), seiring fluktuasi suhu musiman, bahkan tanpa peningkatan CO2. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa ancaman ini sudah mulai terjadi dalam dunia nyata.

Meskipun arsenik organik seperti dimetilarsenat (DMA) yang ditemukan tidak tergolong sangat beracun, peningkatannya tetap mengkhawatirkan, terutama terkait dampak jangka panjang terhadap kesehatan dan produktivitas pertanian.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau