优游国际

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan global yang paling umum dan mematikan. Meskipun obat-obatan tersedia untuk mengendalikannya, tidak semua orang disiplin mengonsumsinya secara teratur. Karena itu, para peneliti mulai menengok ke arah pendekatan alternatif – salah satunya adalah teknik relaksasi.

Namun, seberapa efektifkah teknik-teknik ini dalam jangka panjang?

Mengapa Tekanan Darah Tinggi Perlu Diwaspadai

Sekitar sepertiga orang berusia 30 hingga 79 tahun di dunia mengalami tekanan darah tinggi. Kondisi ini sering kali tidak bergejala, namun berkontribusi besar terhadap risiko serangan jantung, stroke, dan kematian dini. Karena alasan ini, pengendalian tekanan darah menjadi perhatian utama dalam kesehatan masyarakat global.

Stres telah lama diketahui sebagai faktor yang memperburuk tekanan darah. Maka, muncul minat terhadap teknik-teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, yoga, Tai Chi, hingga terapi musik sebagai solusi non-obat.

Baca juga: 9 Penyebab Tekanan Darah Tinggi di Kalangan Anak Muda

Apa Kata Penelitian Terbaru?

Sebuah analisis sistematik yang diterbitkan di jurnal BMJ Medicine pada tahun 2024 meninjau 182 studi berbahasa Inggris yang membahas pengaruh teknik relaksasi terhadap tekanan darah tinggi (≥140/90 mm Hg) dan tekanan darah yang meningkat (≥120/80 mm Hg).

Dari 54 studi yang dikumpulkan dan dianalisis, ditemukan bahwa sebagian besar teknik relaksasi menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam jangka pendek, yakni hingga tiga bulan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk yoga, kontrol napas, gerakan meditasi, terapi musik, relaksasi otot progresif, dan psikoterapi. Hasilnya memberikan harapan bahwa teknik ini bisa membantu, setidaknya untuk sementara waktu.

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Dilakukan Setiap Pagi untuk Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Efek Jangka Panjang Masih Belum Jelas

Meski hasil jangka pendek terlihat menjanjikan, hasil dalam jangka waktu tiga hingga dua belas bulan tidak menunjukkan dampak yang konsisten. Bahkan dalam sedikit studi yang mengamati efek lebih dari satu tahun, hanya autogenic training (latihan sugesti diri sendiri) yang menunjukkan sedikit manfaat – itu pun dengan tingkat kepastian yang rendah.

Para peneliti menyatakan: “Teknik relaksasi atau manajemen stres mungkin memberikan penurunan tekanan darah yang bermakna hingga tiga bulan setelah intervensi.”

Namun, mereka juga menambahkan bahwa: “Terdapat ketidakpastian akibat potensi bias dalam studi-studi utama, bias publikasi, dan ketidakakuratan estimasi efek.”

Baca juga: Studi: Kurang Tidur Terkait dengan Tekanan Darah Tinggi

Banyak Data yang Belum Lengkap

Analisis ini juga menemukan bahwa banyak studi tidak menyertakan detail penting, seperti biaya, efektivitas biaya, atau apakah intervensi tersebut mengurangi kejadian kardiovaskular. Selain itu, deskripsi teknik relaksasi sering kali tidak konsisten atau kurang jelas, sehingga sulit untuk direplikasi atau dibandingkan secara langsung.

Penulis studi menekankan: “Hipertensi adalah kondisi kronis yang cenderung memerlukan pengobatan atau perubahan perilaku jangka panjang. Karena itu, intervensi jangka pendek saja kemungkinan besar tidak cukup secara klinis.”

Hingga kini, masih terlalu sedikit studi yang meneliti apakah manfaat dari teknik relaksasi dapat bertahan dalam jangka panjang, terutama jika dilakukan lebih dari tiga bulan. Peneliti menyerukan agar studi mendatang melaporkan secara jelas apakah peserta masih menjalankan teknik relaksasi saat hasil diukur, termasuk seberapa patuh mereka terhadap jadwal latihan.

“Pendekatan seperti meditasi dan yoga mungkin dapat membantu mengendalikan tekanan darah dalam jangka pendek. Namun, hingga tersedia penelitian jangka panjang yang lebih kuat, teknik ini sebaiknya dipandang sebagai pelengkap, bukan pengganti utama, dalam mengelola hipertensi.”

Baca juga: Bagaimana Stres Bisa Memicu Tekanan Darah Tinggi? Dokter Jelaskan