优游国际

Baca berita tanpa iklan.
优游国际.com - 21/04/2025, 15:23 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Selama ini, kehidupan di luar Bumi diperkirakan hanya bisa berkembang di sekitar bintang yang masih aktif, seperti Matahari. Namun, penelitian terbaru membuka kemungkinan bahwa kehidupan juga bisa bertahan – bahkan berkembang – di planet yang mengorbit bintang mati, yang dikenal sebagai white dwarf atau katai putih.

Menurut studi yang dipublikasikan di The Astrophysical Journal, diperkirakan ada lebih dari 10 miliar bintang katai putih di galaksi Bima Sakti kita yang bisa menjadi rumah bagi planet layak huni. Temuan ini secara signifikan memperluas cakupan pencarian kehidupan di luar Bumi.

Baca juga: Penemuan Galaksi Katai yang Membingungkan, Ilmuwan: Kami Melihat Sesuatu yang Tak Terduga

Apa Itu Katai Putih?

Bintang seperti Matahari, setelah melewati fase akhir kehidupannya, akan melepaskan lapisan luarnya dan menyisakan inti panas dan padat yang disebut white dwarf. Ukurannya kira-kira sebesar Bumi, tetapi massanya mencapai setengah dari massa Matahari.

Meski telah kehilangan reaksi fusi di intinya, katai putih masih memancarkan panas sisa yang cukup untuk mempengaruhi iklim planet di sekitarnya. “Selama ini, katai putih tidak dianggap sebagai kandidat penyokong kehidupan karena tidak lagi menjalankan fusi nuklir,” ujar Aomawa Shields dari University of California, Irvine.

“Namun simulasi kami menunjukkan bahwa jika ada planet berbatu di sekitarnya, planet-planet tersebut mungkin memiliki wilayah layak huni yang lebih luas dari yang diduga sebelumnya.”

Baca juga: Mengenal Bintang Janus, Katai Putih Bermuka Dua

Simulasi Iklim: Perbandingan Dua Dunia

Untuk menguji hipotesis ini, tim peneliti menggunakan model iklim 3D yang biasanya digunakan untuk mempelajari atmosfer Bumi. Mereka membandingkan dua planet samudra hipotetik dengan atmosfer mirip Bumi. Satu planet mengorbit katai putih bersuhu 5.000 Kelvin, sementara yang lain mengorbit bintang K-dwarf aktif seperti Kepler-62, yang masih menjalani fusi.

Keduanya ditempatkan di “zona layak huni” masing-masing – area di mana air cair bisa eksis di permukaan. Kedua planet juga diasumsikan terkunci secara gravitasi (tidally locked), dengan satu sisi selalu menghadap bintang dan sisi lainnya selalu dalam kegelapan – konfigurasi umum untuk planet yang mengorbit dekat bintang kecil.

Hasilnya mencengangkan: planet yang mengorbit katai putih ternyata memiliki suhu permukaan sekitar 25°C lebih hangat dibanding planet di sekitar Kepler-62. Ini terjadi karena rotasi planet di sekitar katai putih sangat cepat – hanya 10 jam untuk satu putaran penuh. Rotasi cepat ini menghasilkan angin kuat yang menyebarkan panas secara merata dan mengurangi awan reflektif yang biasanya memantulkan cahaya kembali ke angkasa.

“Karena perputarannya yang cepat, planet di sekitar katai putih tidak sempat membentuk awan tebal di sisi siangnya, sehingga lebih banyak panas yang dipertahankan,” kata Shields.

Baca juga: Planet Bumi Super di Zona Layak Huni Katai Merah Terdeteksi, Seperti Apa?

Dampaknya pada Kehidupan

Model menunjukkan bahwa kondisi ini memperluas wilayah yang memiliki suhu bersahabat – terutama di zona terminator, yaitu garis peralihan antara sisi siang dan malam yang selalu mengalami matahari terbenam. Di sinilah kemungkinan terbesar kehidupan bisa bertahan di planet yang terkunci gravitasi.

Sebaliknya, planet di sekitar Kepler-62 terlalu banyak tertutup awan, yang meskipun berguna untuk menghindari panas berlebih, justru bisa membuat permukaannya terlalu dingin dan membatasi zona layak huni.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Bumi Super Baru Mengorbit Bintang Katai Merah

Bintang Mati, Planet Hidup?

Fakta bahwa planet bisa bertahan mengorbit bintang yang sudah mati bukanlah spekulasi semata. Pada tahun 2020, ilmuwan menemukan WD 1856+534 b – planet sebesar Jupiter yang mengorbit katai putih hanya dalam 34 jam. Lebih baru lagi, teleskop James Webb (JWST) berhasil mendeteksi dua kandidat planet gas raksasa lainnya yang juga mengelilingi katai putih.

“Lingkungan di sekitar bintang mati, yang dulu dianggap tidak bersahabat bagi kehidupan, kini menjadi medan baru yang menjanjikan untuk eksplorasi eksoplanet dan astrobiologi,” ungkap Shields.

Menyambut Era Baru Eksplorasi

Dengan kemampuan JWST dan teleskop masa depan untuk menganalisis atmosfer planet-planet ini, kita mungkin sedang memasuki fase baru dalam pencarian dunia-dunia asing – yang selama ini tidak pernah kita perhitungkan.

“Setiap katai putih akan mendingin selama miliaran tahun, memberikan stabilitas cahaya bagi planet di dekatnya jauh lebih lama dari sisa umur Matahari,” jelas laporan itu. Dengan lebih dari 10 miliar katai putih di galaksi kita, bahkan jika hanya sebagian kecil yang memiliki planet berbatu dengan air cair, jumlahnya tetap mencengangkan.

Masa depan eksplorasi kini memandang ke arah yang tak terduga: ke cahaya redup dari bintang mati, yang suatu hari mungkin mengungkap tanda-tanda kehidupan.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau