KOMPAS.com - Bayangkan Anda sedang berlari di pagi hari, udara segar menerpa wajah, detak jantung berpacu cepat, dan perlahan, rasa nyaman menjalar di tubuh. Bukan hanya kelegaan karena hampir mencapai garis akhir, tapi juga ada semacam rasa bahagia yang muncul dari dalam — perasaan ringan, tenang, hampir seperti mabuk kegembiraan. Inilah yang dikenal sebagai runner’s high, sebuah sensasi yang tak hanya mitos di kalangan pelari, tetapi juga bagian dari evolusi manusia.
Selama bertahun-tahun, banyak yang percaya bahwa euforia setelah berlari berasal dari lonjakan endorfin, hormon yang dilepaskan tubuh saat aktivitas fisik. Namun, menurut David Linden, profesor ilmu saraf dari Johns Hopkins University, endorfin bukanlah pelaku utama.
"Endorfin memang dilepaskan saat kita berolahraga dan berfungsi sebagai analgesik alami, mengurangi rasa sakit pada otot," ujar Linden. "Namun, endorfin tidak bisa menembus penghalang darah-otak, sehingga kecil kemungkinannya menyebabkan perubahan suasana hati."
Sebaliknya, biang keladi yang lebih mungkin bertanggung jawab adalah endocannabinoid — zat biokimia yang mirip dengan senyawa aktif dalam ganja, tetapi diproduksi secara alami oleh tubuh manusia. Tidak seperti endorfin, endocannabinoid dapat dengan mudah menembus penghalang darah-otak dan memberikan efek psikoaktif jangka pendek seperti rasa tenang, pengurangan kecemasan, dan peningkatan suasana hati.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Lari Setiap Hari?
Penelitian yang dipimpin oleh David Raichlen dari University of Arizona dan rekan-rekannya, termasuk biologiwan Greg Gerdeman, memberikan bukti bahwa runner’s high bukanlah kebetulan, melainkan warisan biologis yang tertanam dalam tubuh manusia.
Mereka meneliti beberapa orang yang diminta berlari 30 menit di treadmill, dan darahnya kemudian dianalisis. Hasilnya mencengangkan, adanya peningkatan signifikan kadar anandamide, salah satu jenis endocannabinoid.
Tak hanya itu, para pelari yang mengikuti tes ini juga melaporkan suasana hati yang lebih baik setelah berlari. Gerdeman menyimpulkan, "Semakin tinggi lonjakan anandamide, semakin besar peningkatan mood yang mereka rasakan."
Kenapa tubuh kita bisa memproduksi zat seperti anandamide saat berlari? Jawabannya mungkin tersembunyi di masa lalu evolusi manusia. Berlari, terutama dalam jarak jauh, dulunya sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia purba.
Dan Daniel Lieberman, ahli biologi evolusioner dari Harvard University, percaya bahwa sensasi runner’s high ini adalah semacam sistem umpan balik positif: “Ketika Anda mengalami runner’s high, semuanya terasa lebih intens — warna biru jadi lebih biru, kesadaran jadi lebih tajam.” Ini membantu manusia purba tetap waspada dan fokus saat berburu atau berpindah tempat.
Lebih lanjut, Lieberman pernah memaparkan bahwa manusia mengalami adaptasi fisik untuk berlari: tendon yang lentur, lengan bawah yang pendek, serta sistem pendingin tubuh yang efisien. Dengan penemuan baru ini, mereka menambahkan bahwa fitur neurobiologis seperti runner’s high juga bagian dari adaptasi evolusioner kita.
Baca juga: Mudah Dilakukan, Simak 6 Tips Lari untuk Pemula
Runner’s high bukan satu-satunya keuntungan dari berlari. Olahraga aerobik secara rutin juga memberikan manfaat jangka panjang pada kesehatan otak. Menurut Linden, aktivitas ini bisa memicu pertumbuhan pembuluh darah baru di otak dan bahkan menghasilkan sel otak baru melalui proses yang disebut neurogenesis.
Hal ini berarti, dengan berlari secara teratur, kita tidak hanya menjaga kesehatan jantung, tetapi juga mempertajam memori, meningkatkan fokus, memperkuat kemampuan adaptasi tugas, dan mengurangi risiko penurunan kognitif seiring bertambahnya usia.
“Olahraga memiliki efek antidepresan yang dramatis,” ujar Linden. “Ia menumpulkan respons otak terhadap stres, baik fisik maupun emosional.”
Manfaat olahraga inilah yang dikampanyekan brand Puma di usianya yang ke-75 tahun. Merek asal Jerman itu mengajak kita untuk berani jadi diri sendiri dan menggali potensi terbaik melalui olahraga dalam tajuk Go Wild, yang menjadi simbol keberanian untuk menata ulang hidup demi merasakan kembali kesenangan dalam berlari.
“Melalui Go Wild, Puma ingin menginspirasi orang-orang di Indonesia untuk mengejar runner’s high, yaitu rasa senang, bahagia dan kepuasan alami yang dirasakan oleh para pelari setelah mereka berlari,” ujar Rachmat B. Trilaksono, Teamhead Marketing PUMA Indonesia, Rabu (16/4/2025). “Semangat ini bukan soal prestasi, tapi soal keberanian untuk melampaui batas diri dan menikmati setiap langkahnya.”
Baca juga: Manfaat Lari Pagi bagi Kesehatan, Bisa Kurangi Stres