KOMPAS.com - Bagi banyak orang tua, sulit membujuk anak remaja untuk tidur lebih awal. Cahaya layar ponsel menyala hingga larut malam, tugas sekolah baru selesai menjelang tengah malam, dan akhir pekan jadi ajang balas dendam tidur. Namun, sebuah studi internasional terbaru menunjukkan bahwa menambah waktu tidur meskipun hanya 15 menit bisa memberikan manfaat besar bagi otak remaja.
Penelitian yang dipimpin oleh University of Cambridge dan Fudan University ini menjadi salah satu upaya paling komprehensif untuk menghubungkan pola tidur nyata dengan hasil pencitraan otak dan tes kognitif pada remaja awal.
Menggunakan data dari Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD) Study di Amerika Serikat, para peneliti memantau lebih dari 3.200 anak usia 11–12 tahun. Uniknya, mereka tidak hanya mengandalkan laporan pribadi, tetapi menggunakan perangkat Fitbit untuk mencatat waktu tidur secara objektif. Hasilnya dibandingkan dengan pemindaian MRI, data detak jantung, dan berbagai tes kognitif seperti perhatian, memori, dan kemampuan bahasa.
“Tidur nyenyak secara teratur penting untuk fungsi tubuh yang optimal, tetapi kita masih tahu sedikit tentang tidur pada masa remaja—padahal ini masa perkembangan yang sangat krusial,” ujar Profesor Barbara Sahakian dari Departemen Psikiatri Cambridge.
Baca juga: Kurang Tidur Terkait dengan Risiko Tekanan Darah Tinggi pada Remaja
Dari analisis data, peneliti mengelompokkan peserta menjadi tiga tipe tidur:
Sekilas, perbedaan antar kelompok terlihat kecil—hanya sekitar 15 menit. Namun ternyata, perbedaan ini berdampak besar pada struktur otak dan kemampuan kognitif.
Hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa kelompok tidur lebih awal memiliki volume otak terbesar dan koneksi saraf antar bagian otak yang paling sehat. Sebaliknya, kelompok tidur paling sedikit memiliki volume otak terkecil dan konektivitas fungsional terlemah.
Tes kognitif pun mencerminkan hasil ini. Dalam hal pemahaman bacaan, pengenalan kosakata, perhatian, dan kecepatan memecahkan masalah, kelompok tidur lebih awal unggul dibanding dua kelompok lainnya.
“Walaupun perbedaannya hanya sekitar seperempat jam, kami tetap bisa melihat perbedaan dalam struktur dan aktivitas otak, serta performa pada tugas-tugas,” jelas Sahakian. “Ini menekankan betapa pentingnya tidur nyenyak pada masa remaja.”
Baca juga: Peneliti Ungkap Rutinitas Sederhana untuk Dapatkan Tidur yang Lebih Baik
Karena proyek ABCD bersifat longitudinal—mengikuti peserta selama lebih dari satu dekade—para peneliti juga membandingkan data tidur dan otak dua tahun sebelum dan sesudahnya. Ternyata, pola tidur dan performa kognitif cenderung menetap seiring waktu.
Penulis utama Qing Ma dari Fudan University menyebutkan, “Meskipun studi kami belum bisa membuktikan secara pasti bahwa tidur lebih lama menyebabkan otak yang lebih sehat, banyak penelitian lain mendukung hubungan tersebut, terutama dalam hal konsolidasi memori.”
Baca juga: 13 Cara agar Cepat Tidur yang Efektif Menurut Sains
Sayangnya, tidak satu pun dari tiga kelompok tidur sesuai rekomendasi American Academy of Sleep Medicine, yaitu 8–10 jam per malam. Rata-rata, para remaja kekurangan tidur sekitar 45 menit setiap malam.
Banyak faktor penyebabnya: mulai dari beban tugas sekolah, aktivitas sosial, hingga paparan cahaya dari layar. Selain itu, perubahan biologis selama pubertas juga menyebabkan ritme sirkadian bergeser sehingga remaja cenderung merasa mengantuk lebih larut.
Beberapa distrik sekolah di AS telah mencoba memundurkan jam masuk sekolah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan biologis remaja—sebuah kebijakan yang kini mendapat dukungan ilmiah dari studi ini.
Baca juga: Kenapa Kurang Tidur Bikin Badan Pegal-pegal?
Meskipun mencapai 8–10 jam tidur mungkin sulit, studi ini menunjukkan bahwa hanya dengan menambah 15–20 menit tidur setiap malam, remaja bisa mendapatkan manfaat nyata bagi otak mereka.
Mulai dari memajukan waktu tidur, menerapkan rutinitas tidur yang konsisten, hingga mengurangi paparan perangkat elektronik sebelum tidur bisa membantu remaja berpindah dari kategori kurang tidur ke kategori menengah atau ideal.
Peneliti merencanakan studi lanjutan yang mengeksplorasi dampak tidur pada regulasi emosi, kesehatan mental, dan perilaku berisiko. Namun satu pesan sudah jelas: tidur itu penting—bukan hanya soal jam, tapi juga soal menit.
“Masa remaja bukan waktu yang tepat untuk mengorbankan tidur,” pungkas tim peneliti.
Baca juga: Studi: Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.