KOMPAS.com - Jika kita melihat luar angkasa melalui teleskop — baik dari Bumi maupun dari luar angkasa — ada satu hal menarik yang sering terlihat: banyak benda langit berbentuk bulat. Tapi, pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa begitu banyak benda di alam semesta yang bentuknya bulat?
Jawabannya ternyata sederhana: karena gravitasi.
“Cukup menakjubkan bahwa begitu banyak benda di luar angkasa yang berbentuk bulat,” ujar Anjali Tripathi, seorang astrofisikawan dari NASA Exoplanet Exploration Program. Ia menjelaskan bahwa bentuk bulat ini adalah hasil dari self-gravity, yaitu gaya gravitasi yang ditarik oleh benda itu sendiri.
Saat sebuah planet atau bulan sudah mengumpulkan cukup massa, gaya tarik dari gravitasinya sendiri akan mulai menarik seluruh materi ke arah pusatnya. Hal ini membuat benda tersebut cenderung membentuk bola, karena itulah bentuk yang paling seimbang di bawah pengaruh gravitasi.
Baca juga: 7 Bukti Bumi Bulat yang Sulit Dibantah
Benda-benda langit terbentuk setelah peristiwa Big Bang sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Partikel debu kecil yang tersebar di awan debu raksasa mulai bertabrakan satu sama lain. Jika tumbukannya cukup lembut, partikel-partikel ini akan menyatu. Tabrakan demi tabrakan menciptakan efek bola salju: semakin banyak massa yang terkumpul, semakin besar gravitasinya, dan semakin banyak materi yang bisa ditarik.
“Gravitasi menarik semua materi menuju pusat gravitasi,” jelas Bruno Merín, seorang astronom dan kepala pusat data ilmiah ESA di Madrid. Ia menggambarkannya seperti air di wastafel: “Semua air akan mengalir ke lubang di bagian bawah.” Dalam kasus planet, setiap bagian materi akan berusaha sedekat mungkin dengan pusat gravitasi.
Karena itulah, benda langit akan terus menyesuaikan distribusi massanya hingga mencapai keseimbangan — posisi di mana seluruh permukaan berada pada jarak yang sama dari pusat gravitasi. Dan hanya ada satu bentuk yang bisa mencapai kondisi seimbang seperti ini: bola sempurna.
Baca juga:
Meskipun banyak yang bulat, tidak semua planet adalah bola sempurna. Planet seperti Merkurius dan Venus mendekati bentuk bola sempurna karena rotasinya lambat dan komposisinya berbatu. Planet es juga cenderung sangat bulat karena lapisan esnya tersebar merata.
Namun, planet gas raksasa seperti Jupiter dan Saturnus memiliki bentuk yang lebih "menggembung" di bagian tengah karena mereka berputar sangat cepat. NASA bahkan menggambarkan Saturnus seperti “bola basket yang diduduki seseorang.” Bumi sendiri juga tidak sepenuhnya bulat — ada sedikit tonjolan di sekitar ekuator karena gaya sentrifugal dari rotasinya. Bentuk seperti ini disebut oblatoid, atau bola yang sedikit pipih.
Walaupun bola adalah bentuk yang umum, banyak benda di angkasa yang bentuknya tidak beraturan sama sekali. Asteroid dan komet bisa berbentuk apa saja, tergantung dari tabrakan atau putaran yang mereka alami selama milyaran tahun.
Contohnya, bulan milik Mars yang bernama Phobos, bentuknya mirip kentang. Dari hampir 300 bulan yang diketahui di tata surya kita, hanya sekitar 20 yang benar-benar bulat. Sisanya punya bentuk yang aneh dan tak beraturan.
Menurut Tripathi, alasannya adalah karena massa mereka terlalu kecil, sehingga tidak punya cukup gravitasi untuk menarik seluruh bagiannya ke bentuk bola.
Jadi bentuk bulat pada benda langit adalah hasil dari perjuangan gravitasi untuk mencapai keseimbangan sempurna. Tapi untuk benda-benda kecil, gravitasi tak cukup kuat untuk membentuk bola. Jadi, meskipun bola adalah bentuk favorit alam semesta, tidak semua benda langit ikut aturan ini.
Seperti kata Merín, “Di luar angkasa, semua materi ingin sedekat mungkin ke pusat. Dan satu-satunya cara untuk mencapainya adalah menjadi bulat.”
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.