优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Satu Kali Keracunan Makanan Akan Diingat Otak Seumur Hidup

优游国际.com - 05/04/2025, 12:23 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Pernah mengalami keracunan makanan dan sejak itu tak bisa lagi makan makanan tertentu? Ternyata, pengalaman tersebut bukan hanya soal perut, tapi juga meninggalkan bekas yang sangat kuat di otak.

Penelitian terbaru dari para ahli saraf di Universitas Princeton, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa satu pengalaman buruk dengan makanan bisa membentuk ingatan jangka panjang yang mengubah kebiasaan makan seseorang selamanya.

"Saya sendiri sudah lama tidak keracunan makanan. Tapi setiap kali ngobrol dengan orang di acara konferensi, cerita soal keracunan makanan pasti muncul," ujar Christopher Zimmerman, peneliti utama dan postdoktoral di Princeton Neuroscience Institute.

Menelusuri Jejak Ingatan dari Perut ke Otak

Untuk memahami bagaimana otak membentuk rasa "trauma" terhadap makanan, Zimmerman dan timnya melakukan eksperimen pada tikus. Tikus diperkenalkan dengan rasa baru, yaitu minuman beraroma anggur (grape Kool-Aid). Setengah jam setelah mencicipinya, tikus-tikus tersebut disuntik dengan zat yang menimbulkan sakit sementara, mirip dengan gejala keracunan makanan.

Dua hari kemudian, ketika diberi pilihan antara air biasa dan Kool-Aid, tikus-tikus itu secara tegas menolak minuman yang sebelumnya membuat mereka sakit. Hal ini menunjukkan bahwa otak mereka mengaitkan rasa tersebut dengan pengalaman tidak menyenangkan.

Yang paling menarik dari penelitian ini adalah temuan tentang bagian otak yang berperan besar dalam proses tersebut: amigdala sentral (central amygdala).

“Amigdala adalah bagian yang sangat menarik karena aktif ketika tikus mencicipi rasa baru, ketika merasa sakit, dan bahkan saat mengingat pengalaman itu beberapa hari kemudian,” jelas Zimmerman.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Keracunan Makanan?

Amigdala: Pusat Emosi dan Ingatan

Amigdala adalah struktur kecil yang terletak di bagian dalam otak dan dikenal sebagai pusat pengolahan emosi, terutama rasa takut. Bagian ini juga menerima informasi dari berbagai indra, termasuk penciuman dan perasa, menjadikannya kandidat logis sebagai pusat pembentukan ingatan tentang makanan.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan melihat bagaimana amigdala aktif pada tiap tahap: saat tikus mencoba rasa baru, saat merasa sakit, dan saat menghindari rasa tersebut di masa depan.

“Rasanya luar biasa ketika kami melihat pola pertama dari data dan langsung tahu bahwa ini temuan penting,” kenang Zimmerman.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Keracunan Makanan?

Jalur Sinyal dari Usus ke Otak

Lalu, bagaimana rasa sakit di perut bisa begitu memengaruhi otak? Tim peneliti menemukan bahwa sel-sel khusus di bagian belakang otak (hindbrain) menghasilkan protein bernama CGRP. Sel-sel ini mengirimkan sinyal langsung ke amigdala, menciptakan jalur komunikasi antara usus dan otak.

Yang mengejutkan, ketika para peneliti secara buatan menstimulasi jalur tersebut 30 menit setelah tikus mencicipi Kool-Aid – tanpa membuat tikus sakit – tikus tetap membentuk aversi (penolakan) terhadap rasa tersebut.

“Seolah-olah tikus mengingat kembali pengalaman yang membuat mereka merasa sakit,” kata Ilana Witten, profesor yang memimpin laboratorium tempat studi ini dilakukan. “Luar biasa bisa melihat hal seperti itu terjadi di level neuron individu.”

Baca juga:

Lebih dari Sekadar Trauma Makanan

Penemuan ini membuka pemahaman baru tentang bagaimana otak belajar mengaitkan dua kejadian yang terjadi secara terpisah dalam waktu, sesuatu yang sebelumnya masih kurang dipahami oleh ilmu saraf.

“Dalam kehidupan nyata, sering kali ada jeda waktu antara keputusan yang kita buat dan hasil yang kita terima. Penelitian ini bisa menjadi kerangka untuk memahami bagaimana otak menyelesaikan persoalan belajar dengan jeda waktu tersebut,” ujar Zimmerman.

Selain menjelaskan mengapa seseorang bisa seumur hidup menghindari makanan tertentu setelah satu pengalaman buruk, studi ini juga membuka jalan untuk memahami trauma dan PTSD. Seperti halnya keracunan makanan, trauma seringkali disusul oleh gejala setelah beberapa waktu – namun ingatannya tetap kuat dan melekat.

Dengan mengidentifikasi jalur otak spesifik yang terlibat dalam pembentukan ingatan instan (one-shot memory), para ilmuwan selangkah lebih dekat untuk memahami – dan mungkin suatu hari nanti bisa mengubah – cara otak membentuk asosiasi yang menetap.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi Nature.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau