Salah satu permasalahan utamanya adalah penggunaan antibiotik secara tidak tepat. Di mayoritas daerah, obat ini dapat dengan mudah diperoleh di apotek tanpa resep dokter dan dikonsumsi sebagai bagian dari pengobatan mandiri (swamedikasi).
Upaya swamedikasi seperti ini semestinya hanya sesuai untuk penyakit ringan seperti gejala flu, sakit kepala, dan gatal-gatal, bukan untuk penyakit infeksi.
Selain itu, antibiotik sering digunakan secara salah untuk mengatasi gejala flu. Antibiotik sebenarnya tidak berefek terhadap flu yang pada dasarnya disebabkan oleh virus.
Penggunaan antibiotik serampangan seperti ini merupakan salah satu penyebab utama yang memperparah kekebalan bakteri terhadap antibiotik.
Padahal, antibiotik tergolong ‘obat keras’, yaitu kelompok obat yang hanya boleh dijual kepada konsumen jika disertai dengan resep dokter.
Baca juga: Resistensi Antimikroba Penyebab Utama Kematian Global Tahun 2019, Studi Jelaskan
Selain problem di tingkat masyarakat, hasil penelitian terbaru mengungkap bahwa regulasi pemerintah terkait masalah ini tergolong buruk.
Misalnya tidak adanya koordinasi antarsektor. Di sektor kesehatan, upaya pengawalan terhadap antibiotik di rumah sakit sering tidak terlaksana.
Bahkan, upaya ini hanya sebatas formalitas untuk akreditasi rumah sakit.
Di sektor keuangan, anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk langkah ini juga tidak mendapatkan prioritas. Selain itu, minimnya program terkait bagi tenaga kesehatan juga memperparah masalah ini.
Resistensi antibiotik adalah masalah yang sudah berdampak serius secara global.
Untuk mengatasi ancaman serius ini, tindakan global sangat penting. Para pemimpin dunia, bersama dengan organisasi internasional, telah bersatu untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam memerangi resistensi antibiotik dan menjaga efektivitas obat-obatan antibiotik yang senantiasa kita butuhkan.
Saya, kamu, dan setiap individu memiliki peran dalam melawan fenomena resistensi antibiotik ini.
Masyarakat dapat berkontribusi dengan menghindari pembelian antibiotik tanpa resep dokter.
Baca juga: Penjualan Bebas dan Konsumsi Antibiotik Berlebihan Tingkatkan Risiko Resistensi Antimikroba
Dalam penggunaan antibiotik yang benar, keseluruhan antibiotik yang diresepkan dokter harus dikonsumsi sampai habis meski gejala penyakit sudah tidak dirasakan lagi.
Penggunaan antibiotik sisa untuk anggota keluarga yang lain juga harus dihindari. Terakhir, pola hidup bersih juga penting dalam rangka mencegah terjadinya infeksi.
Yori Yuliandra
Associate Professor, Universitas Andalas
Artikel ini tayang di 优游国际.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "". Isi di luar tanggung jawab 优游国际.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.