KOMPAS.com - Pada 7 April 2025, perusahaan bioteknologi Colossal Biosciences menggemparkan dunia sains dengan pengumuman kelahiran tiga anak serigala putih besar—Romulus, Remus, dan Khaleesi—yang disebut-sebut sebagai "kebangkitan pertama spesies yang telah punah" atau de-extinction. Mereka menyebut hewan-hewan ini sebagai dire wolf, serigala purba, predator ikonik dari zaman es yang telah punah lebih dari 10.000 tahun lalu.
Namun, banyak ilmuwan merespons dengan skeptisisme dan bahkan kritik tajam terhadap klaim tersebut. Pertanyaannya pun mengemuka: Apakah Colossal benar-benar menghidupkan kembali dire wolf, ataukah ini sekadar serigala rekayasa yang tampak mirip?
Dire wolf (Aenocyon dirus) adalah spesies karnivora besar yang dahulu hidup di Amerika Utara dan Selatan hingga akhir zaman es. Popularitasnya melonjak berkat kemunculannya dalam serial "Game of Thrones", tetapi dalam kenyataan ilmiah, dire wolf adalah hewan yang sangat berbeda dari serigala modern.
Penelitian genetika terbaru menunjukkan bahwa dire wolf berpisah dari leluhur umum dengan serigala abu-abu (Canis lupus) sekitar 5,7 hingga 6 juta tahun yang lalu. Artinya, secara evolusioner, mereka lebih jauh hubungannya dengan serigala modern daripada yang selama ini diasumsikan. Bahkan, menurut Profesor Philip Seddon dari University of Otago, “Jakal Afrika mungkin lebih dekat kekerabatannya dengan dire wolf dibandingkan serigala abu-abu.”
Baca juga: Lewat Rekayasa Genetika, Serigala Purba Lahir Kembali dari Kepunahan
Colossal memulai proyek ini dengan mengekstrak DNA dari dua fosil dire wolf: sebuah gigi berusia 13.000 tahun dari Sheridan Pit, Ohio, dan tulang telinga bagian dalam berusia 72.000 tahun dari American Falls, Idaho. Dengan potongan DNA ini, mereka menyusun sebagian genom dire wolf, lalu membandingkannya dengan genom kerabat modern seperti serigala, jakal, dan rubah.
Mereka akhirnya memilih serigala abu-abu sebagai donor sel telur karena kemiripan anatomi dan ketersediaan biologis. Dengan menggunakan teknologi penyuntingan gen CRISPR, tim Colossal memodifikasi 20 bagian gen pada 14 gen yang mereka yakini berperan dalam membentuk karakteristik khas dire wolf, seperti ukuran tubuh, struktur tengkorak, dan warna bulu.
Proses ini mirip dengan kloning domba Dolly pada 1996. Sel-sel darah serigala yang sudah dimodifikasi dimasukkan ke dalam sel telur serigala yang telah dihilangkan DNA aslinya. Embrio yang dihasilkan kemudian ditanamkan ke rahim anjing domestik—yang secara taksonomi masih termasuk dalam subspecies Canis lupus.
Baca juga: Ilmuwan Hidupkan Kembali Serigala Direwolf yang Punah 12.500 Tahun Lalu
Anak serigala ganas yang lahir kembali setelah punah sekitar 12.500 tahun lalu
Ketiga anak anjing hasil proyek ini kini hidup di dalam cagar alam berpagar tinggi setinggi tiga meter dan berada di bawah pengawasan intensif. Mereka tidak akan dilepasliarkan ke alam bebas dalam waktu dekat.
Namun, para ilmuwan mempertanyakan keaslian klaim bahwa mereka adalah dire wolf. Menurut Dr. Nic Rawlence dari Otago Palaeogenetics Laboratory, “Apa yang diciptakan Colossal adalah serigala abu-abu dengan karakteristik mirip dire wolf. Ini bukan de-extinction, melainkan hibrida.”
Angela Perri, pakar arkeologi dari Durham University, juga menegaskan bahwa “anak-anak serigala ini hanya membawa sejumlah kecil editan gen dari DNA dire wolf kuno. Itu belum cukup untuk menyebut mereka sebagai dire wolf yang sesungguhnya.”
Bahkan, ada yang membandingkan hal ini dengan mengedit beberapa gen simpanse dan lalu mengklaim telah menciptakan manusia.
Selain isu ilmiah, kebangkitan spesies yang telah punah melalui rekayasa genetik memunculkan berbagai pertanyaan etika dan ekologis.
Bridgett vonHoldt dari Princeton University mengingatkan bahwa meskipun ketiga anak anjing tampak sehat, “kesehatan hewan hasil kloning selalu tidak dapat diprediksi dan berpotensi bermasalah.”
Kekhawatiran lainnya adalah bagaimana makhluk ini akan beradaptasi jika dilepas ke alam liar. Menurut David Mech, pakar perilaku serigala dari US Geological Survey, “Dire wolf dulu menempati relung ekologi yang kini sudah tidak ada lagi. Melepas mereka ke alam bisa berdampak buruk terhadap ekosistem modern.”
Sementara itu, Colossal mengatakan bahwa jika nanti ada pelepasliaran, itu akan dilakukan di kawasan konservasi tertutup, seperti lahan adat yang luas dan aman. Namun, Mech dan ilmuwan lain meragukan kelayakan rencana tersebut karena risiko hukum, ekologi, dan publisitas negatif yang besar.
Baca juga: Ilmuwan Hidupkan Kembali Serigala Direwolf yang Punah 12.500 Tahun Lalu
Romulus dan Remus adalah dua serigala purba berusia 6 bulan yang diciptakan melalui rekayasa genetika sel dari serigala abu-abu.