KOMPAS.com - Pernahkah kamu membayangkan bisa keluar dari kulitmu sendiri? Ular adalah salah satu makhluk di Bumi yang benar-benar bisa melakukan hal itu. Sepanjang hidupnya, ular akan mengganti kulitnya berkali-kali dalam proses yang dikenal sebagai ecdysis atau pergantian kulit.
“Tidak seperti manusia yang kulitnya mengelupas dalam serpihan kecil, ular mengganti seluruh lapisan kulit lamanya sekaligus,” jelas Jason Dallas, peneliti pascadoktoral di Middle Tennessee State University yang mempelajari interaksi bakteri-jamur pada ular dan amfibi.
Kulit ular terdiri dari dua lapisan utama. Lapisan dalam disebut dermis yang bersifat lunak dan mengandung pigmen pembentuk warna serta pola khas pada tubuh ular. Di atasnya terdapat lapisan luar bernama epidermis, yaitu lapisan sisik keratin yang keras dan semi-transparan.
Berbeda dengan manusia yang kulitnya rontok sedikit demi sedikit, lapisan keratin pada ular membentuk satu kesatuan utuh. Karena tidak elastis, lapisan ini tidak bisa mengikuti pertumbuhan tubuh ular. Inilah alasan utama ular harus berganti kulit: untuk memberi ruang bagi tubuhnya yang terus tumbuh.
“Ular muda tumbuh lebih cepat, jadi mereka juga lebih sering berganti kulit,” kata Daniel Kane, penjaga senior reptil di Kebun Binatang London.
Baca juga: Mengapa Ular Berganti Kulit secara Berkala?
Proses pergantian kulit biasanya dimulai dengan pembentukan lapisan keratin baru di bawah lapisan lama. Ular juga akan mengeluarkan cairan khusus untuk membantu memisahkan kedua lapisan tersebut. Saat siap berganti kulit, ular akan menggosokkan kepalanya ke permukaan kasar untuk membuat sobekan di kulit lamanya. Dari sana, ia mulai melata keluar dari kulit lamanya, menyerupai seseorang yang menarik kaus dari tubuhnya.
Kulit yang baru biasanya terlihat mengilap dan bisa lebih panjang hingga 20% dari ukuran tubuh asli ular, karena sifatnya yang masih lentur sebelum mengering.
Selain sebagai bagian dari proses pertumbuhan, pergantian kulit juga terkait dengan momen-momen penting dalam kehidupan ular, seperti setelah hibernasi atau menjelang masa reproduksi.
“Biasanya mereka akan berganti kulit sebelum bertelur atau melahirkan, dan mungkin berganti lagi setelahnya,” ungkap Dallas.
Menariknya, pergantian kulit juga bisa menjadi mekanisme pertahanan terhadap penyakit dan parasit, seperti infeksi jamur yang menyerang kulit ular. Salah satu penyakit yang cukup mengancam adalah snake fungal disease, yang bisa menyebar hingga ke organ dalam, termasuk mata dan otak.
“Penyakit ini dimulai dengan kolonisasi jamur pada kulit, yang memakan keratin dan lipid di sisik ular,” jelas Donald Walker, profesor biologi di universitas yang sama.
Dalam kasus seperti ini, pergantian kulit bisa menyelamatkan nyawa ular. Namun, proses ini juga menimbulkan risiko.
Baca juga: Mengenal Ular: Fakta Menarik tentang Hewan yang Sering Dianggap Musuh
Selama proses pergantian kulit, penglihatan ular menjadi kabur karena adanya cairan di bawah sisik mata (disebut spectacle), yang juga ikut tergantikan. Hal ini membuat ular lebih rentan terhadap serangan predator.
“Sisik transparan itu melindungi mata dari goresan, tetapi selama pergantian kulit, penglihatan terganggu,” kata Kane.
Beberapa spesies, seperti Sistrurus catenatus (rattlesnake timur), bahkan mengalami peningkatan tingkat kematian akibat pergantian kulit yang terlalu sering, karena infeksi jamur yang memperparah kondisi mereka.
Meski penuh tantangan, kemampuan ular untuk berganti kulit sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Bahkan, kulit ular yang terlepas menyimpan informasi berharga bagi ilmuwan dan konservasionis.
“Kulit bekas ular sering menunjukkan pola samar dari ular itu sendiri, termasuk jumlah dan susunan sisiknya. Ini bisa membantu mengidentifikasi spesies dari kulit yang ditinggalkan,” terang Kane.
Menariknya, ular bukan satu-satunya reptil yang berganti kulit. Semua reptil melakukannya, namun sebagian besar hanya dalam bentuk serpihan. Ada pula beberapa kadal seperti genus Abronia yang bisa meninggalkan kulit utuh lengkap dengan bentuk kaki, menyerupai cetakan tubuhnya sendiri.
Baca juga: 13 Ular Paling Berbisa di Dunia: Saat Gigitan Bisa Berujung Maut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.