优游国际

KOMPAS.com - Ada beberapa alasan mengapa kita sangat sedih saat ditinggal hewan peliharaan.

Salah satunya karena otak manusia sangat mampu membentuk hubungan emosional yang kuat, bahkan dengan individu yang belum pernah ditemui.

Manusia juga membentuk ikatan emosional pada benda mati dan merasakan kehilangan yang sangat besar jika benda itu hilang atau rusak.

Mempertimbangkan hal tersebut, kita bisa memiliki hubungan emosional yang bermakna dengan hewan peliharaan, sehingga merasa sangat sedih ketika mereka mati atau hilang.

Apakah normal mengalami depresi setelah kehilangan hewan peliharaan?

Perasaan sedih dan muram setelah kehilangan hewan peliharaan adalah hal yang biasa, namun depresi klinis, yang dikenal secara formal sebagai gangguan depresi mayor (MDD), adalah kondisi kesehatan mental yang tidak dianggap sebagai bagian alami dari proses berduka.

Baca juga: Perilaku Puppy Eyes Tidak Hanya Ditemukan pada Anjing Peliharaan

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5, kesedihan bisa sangat mendalam dan mengganggu, namun biasanya tidak mengarah pada gangguan depresi.

Namun, jika seseorang mengalami kesedihan hingga depresi, hal ini biasanya terjadi pada orang yang sudah memiliki kecenderungan terhadap gangguan depresi.

Terlepas dari kenyataan bahwa gangguan depresi bukanlah pengalaman yang diharapkan setelah kehilangan hewan peliharaan, hal itu memang bisa saja terjadi.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang baru saja kehilangan hewan peliharaannya tiga kali lebih mungkin melaporkan gejala depresi dibandingkan dengan populasi umum.

Oleh sebab itu, perasaan ini harus ditanggapi dengan serius, dan seseorang yang mengalaminya bisa membicarakannya dengan terapis atau konselor.