KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini memperingatkan dampak kesehatan, terutama pada penyebaran Covid-19 imbas konflik Rusia dan Ukraina.
Pihaknya menyebut, risiko penularan meningkat lantaran terjadinya pemindahan massal penduduk Ukraina selama perang antar kedua negara berlangsung.
Hal ini juga, kata WHO, berpotensi membuat sejumlah besar pasien mengalami penyakit parah karena pasokan oksigen yang sangat rendah.
“Penyakit menular dengan kejam mengeksploitasi kondisi yang diciptakan oleh perang,” ujar Penasihat WHO, Dr Bruce Aylward dalam konferensi pers di Jenewa seperti dilansir dari CNBC, Rabu (2/3/2022).
Baca juga: WHO Peringatkan Negara di Seluruh Dunia Tak Terburu-buru Cabut Pembatasan Covid-19
Pada kesempatan tersebut, Aylward mengingatkan bahwa pengungsi Ukraina sangat rentan terkena penyakit parah akibat Covid-19, dan berisiko tinggi mengalami kematian.
Di sisi lain, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan selain menyebabkan peningkatan kasus Covid-19, kondisi ini juga dapat menyebabkan sistem perawatan kesehatan di negara-negara tetangga kewalahan.
Pasalnya, sebelum konflik kedua negara berlangsung, Tedros menyampaikan Ukraina telah mengalami lonjakan kasus Covid-19.
“Tingkat pengetesan (Covid-19) yang rendah sejak awal konflik mengartikan ada kemungkinan penularan yang tidak terdeteksi, ditambah dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Ini meningkatkan risiko sejumlah besar orang mengembangkan penyakit parah," paparnya.
Dilansir dari Times of India, Kamis (4/3/2022) Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO, dr Mike Ryan mengatakan, perpindahan populasi secara massal akibat konflik kemungkinan tidak hanya menyebabkan penularan Covid-19 lebih tinggi, tetapi juga berpotensi memicu munculnya varian baru.
Baca juga: WHO: Subvarian BA.2 Son of Omicron Akan Meningkat Secara Global
Saat ini, setidaknya tiga pabrik oksigen utama di Ukraina ditutup, yang pada akhirnya dapat memengaruhi perawatan medis para pasien akibat kurangnya oksigen.
Tedros menambahkan, pasokan medis yang dikirim ke Kyiv sebelum Rusia menginvasi negara itu juga saat ini tidak dapat diakses.
WHO pun membeberkan, Ukraina sedang kekurangan obat kanker dan insulin. Selain itu, fasilitas kesehatan pun telah diserang, sehingga peralatan medis saat ini sangat diperlukan.
Oleh karenanya, dia meminta agar negara-negara dapat membantu mengirimkan pasokan kebutuhan medis ke Ukraina.
Kendati WHO tidak ingin terlibat dalam konflik politik kedua negara, Ryan meminta Moskow untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.
Sementara ini, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UN High Commissioner for Refugees), mencatat setidaknya 1 juta orang telah meninggalkan Ukraina, dan jumlah itu diperkirakan akan meningkat selama beberapa waktu ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.