KOMPAS.com - Sebuah unggahan video di media sosial TikTok yang menyebut konsumsi obat pereda nyeri atau analgesik dalam jangka panjang bisa menyebabkan gagal ginjal menjadi sorotan warganet.
Video tersebut diunggah oleh akun @ban*** pada Sabtu (12/4/2025), dan menyebut beberapa jenis obat analgesik, terutama dari golongan Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID), seperti ibuprofen, sebagai obat yang berisiko bagi ginjal.
"Akibat minum obat analgesik dalam jangka panjang, bisa menyebabkan gagal ginjal," tulis pengunggah dalam keterangan videonya.
Sebagai informasi, analgesik atau yang dikenal sebagai painkiller merupakan obat untuk meredakan atau menghilangkan rasa sakit.
Baca juga: Benarkah Konsumsi Jangka Panjang Obat Pereda Nyeri Picu Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Guru Besar UGM
Obat ini kerap digunakan untuk mengatasi nyeri otot, sakit gigi, sakit kepala, radang sendi, nyeri karena cedera, maupun pascaoperasi.
Namun, benarkah penggunaan analgesik dalam jangka panjang bisa memicu gangguan ginjal?
Menanggapi kabar tersebut, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Zullies Ikawati, mengungkapkan bahwa penggunaan analgesik dalam jangka panjang memang memiliki potensi menimbulkan efek samping, meskipun dikonsumsi dalam dosis yang sesuai.
"Penggunaan analgesik atau obat pereda nyeri dalam jangka panjang, meskipun tidak berlebihan dan sesuai dosis, tetap memiliki potensi efek samping," ujar Zullies saat dihubungi 优游国际.com, Kamis (17/4/2025).
Menurutnya, risiko efek samping tergantung pada jenis obat yang digunakan. Ia membedakan dua kelompok utama analgesik, yaitu paracetamol (acetaminophen) dan NSAID seperti ibuprofen, diclofenac, dan naproxen.
Baca juga:
Paracetamol bekerja di sistem saraf pusat untuk menurunkan ambang nyeri dan demam. Namun, tidak memiliki efek antiinflamasi sekuat NSAID.
"Efek samping jangka panjangnya lebih ke arah kerusakan hati (hepatotoksisitas) sebagai risiko utama," jelas Zullies.
Efek tersebut, lanjutnya, biasanya muncul jika paracetamol dikonsumsi dalam dosis tinggi—lebih dari 4 gram per hari—atau digunakan bersama alkohol atau obat lain yang juga berisiko merusak hati. Meski begitu, pada dosis yang dianjurkan, risiko ini tergolong rendah.
"Sementara itu, risiko kerusakan ginjal dari konsumsi paracetamol lebih rendah dibandingkan NSAID, tetapi risikonya tidak nol," ujar dia.
Studi menunjukkan bahwa konsumsi paracetamol jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis, terutama jika disertai faktor risiko seperti dehidrasi, hipertensi, atau penggunaan bersamaan dengan NSAID.
Baca juga:
Adapun gejala awal kerusakan ginjal akibat paracetamol jangka panjang meliputi: