KOMPAS.com - Spikoe kuno atau spiku merupakan kue khas Surabaya yang kerap dijadikan buah tangan ketika berkunjung ke Kota Pahlawan tersebut.
Menurut tabloid "" terbitan Mediantara Infopersada, kata spiku berasal dari bahasa Belanda, yaitu spekkoek.
Bukan hanya asal namanya saja, spikoe kuno disebut sudah dibuat sejak zaman Belanda menggunakan resep kue belanda atau dutch cake recipe.
Spikoe kuno saat itu termasuk jenis kue yang hanya dimasak dengan metode panggang. Namun, saat ini spikoe kuno sudah banyak dimasak dengan cara dikukus.
Spikoe kuno atau yang kini dikenal dengan nama kue lapis surabaya itu juga sudah banyak dibuat sesuai dengan cita rasa lokal dengan beragam variasi rasa dan bentuk.
Saat ini spikoe kuno sering disajikan pada hari besar atau acara penting masyarakat Surabaya, termasuk Lebaran.
Meski sudah banyak variasi, spikoe kuno awalnya dibuat dari tiga lapisan kue dengan dua warna berbeda, yaitu kuning dan cokelat.
Tiap lapisan spikoe kuno biasanya akan diberi isian. Isian spikoe kuno yang paling umum digunakan adalah selai stroberi.
Baca juga:
Bahan spikoe kuno umumnya menggunakan campuran tepung terigu, telur, margarin, gula, dan bumbu spekuk.
Jumlah telur yang digunakan untuk membuat spikoe kuno cukup banyak.
Telur yang digunakan untuk membuat spikoe kuno biasanya banyak diambil bagian kuning telurnya saja.
Jumlah telur yang digunakan untuk membuat spikoe kuno berkisar mulai belasan hingga puluhan butir kuning telur untuk satu resep spikoe kuno.
Banyaknya jumlah telur dalam resep spikoe kuno membuat kue ini memiliki tekstur yang lembut.
Selain teksturnya yang lembut, spikoe kuno juga dikenal dengan cita rasa yang legit atau manis.
Cita rasanya yang khas membuat banyak orang menyukai spikoe kuno.