KOMPAS.com – Sei merupakan salah satu sajian khas Provinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya Kabupaten Rote Ndao.
Dilansir dari situs resmi , ‘sei’ sendiri dalam bahasa Rote artinya daging yang disayat dalam ukuran kecil memanjang.
Baca juga: 6 Rumah Makan Sei Sapi di Jakarta dan Tangerang, Ada Sei Kana
Daging ini kemudian diasapi dengan bara api pohon kesambi sampai matang.
Saking nikmatnya, sei pun dikenal luas juga di Kupang dan akhirnya seluruh Nusa Tenggara Timur (NTT).
Biasanya, masyarakat NTT menggunakan daging babi hutan untuk membuat sei.
Salah satu yang dikenal adalah sei babi dari Teunbaun, daerah yang terletak kurang lebih 40 kilometer dari kota Kupang.
Daging sei punya keunikan tersendiri, selain dari aroma dan rasanya yang khas, pengolahan dengan cara asap juga bertujuan untuk memperpanjang daya tahan daging.
Tujuannya tak lain agar daging bisa awet disimpan lebih lama.
Dari berita 优游国际.com sebelum, masyarakat NTT lebih suka menggunakan daging babi hutan karena tekstur dagingnya padat dan tidak banyak mengandung lemak.
Baca juga: Cara Membuat Sei Sapi khas NTT, Bisa untuk Ide Bisnis Kuliner
Masyarakat asli NTT dahulu percaya jika rasa daging babi liar lebih nikmat dibandingkan babi ternak.
Pasalnya, babi ternak memiliki kandungan lemak yang tinggi dan dagingnya bisa dibilang lebih sedikit daripada babi liar.
Executive Chef Santika Mataram Lombok Nyoman Putra Yasa berkisah, bahwa seiring berjalannya waktu makanan ini mengalami asimilasi.
Masyarakat pendatang di NTT menggantinya dengan sapi agar halal dan bisa dikonsumsi lebih banyak orang.
Baca juga: Resep Rumpu Rampe, Sayuran Khas NTT Pendamping Sei Sapi
Selain menggunakan daging sapi, kini bahan sei juga banyak yang menggunakan daging ayam hingga ikan.