KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebankan siswa menyontek di sekolah.
Hal itu ia ungkapkan merespons hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) dari Komisi Pemberantarasan Korupsi (KPK) yamg dirilis pada Kamis (24/4/2025) lalu.
Menurut Mu'ti sebenarnya ada beberapa hal yang membuat siswa menyontek di sekolah. Pertama, pendekatan pembelajaran yang fokus pada penilaian angka.
Sementara faktor kedua yang memengaruhi adalah soal-soal yang diberikan oleh sekolah membuat siswa ingin menyontek.
"Karena itu maka kalau ini nanti kita coba perbaiki dari sisi metodologi mudah-mudahan kebiasaan itu mulai dapat dikurangin," kata Mu'ti di kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Baca juga: Banyak Siswa Di Sekolah Masih Suka Menyontek, Ini Kata Mendikdasmen
Terkait hasil survei dari KPK, Mu'ti menerima dengan baik hasil temuan dari KPK terkait kondisi dunia pendidikan Indonesia.
Mu'ti menuturkan, hasil survei itu menunjukkan bahwa kondisi tersebut menunjukkan tingkat kejujuran dunia pendidikan sedang tidak baik-baik saja.
"Memang ada alarm, ada lampu kuning dari KPK bahwa kita ini dari sisi kejujuran itu memang sedang tidak baik-baik saja," ujarnya.
"Tapi sekali lagi kita berusaha perbaiki semua sebagai bagian dari komitmen bahwa bangsa ini harus lebih baik dan bangsa ini bisa lebih baik melalui pendidikan yang lebih baik," tambah Mu'ti.
Baca juga: Banyak Siswa Di Sekolah Masih Suka Menyontek, Ini Kata Mendikdasmen
Sebelumnya diberitakan, kasus menyontek masih ditemukan di hampir seluruh kampus dan sebagian besar sekolah.
"78 persen sekolah dan 98 persen kampus masih ditemukan kasus mencontek," kata Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardiana dalam acara peluncuran SPI Pendidikan di Gedung C1 KPK, Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Selain itu, hasil survei juga menunjukkan bahwa kasus plagiarisme masih terjadi di perguruan tinggi, yaitu sebanyak 43 persen.
"Kasus plagiarisme masih ditemukan pada guru/dosen di satuan pendidikan yaitu kampus (43 persen), sekolah (6 persen)," ujar Wawan.
Dalam survei yang sama, KPK menemukan ketidakdisiplinan akademik bagi guru/dosen.
Baca juga: Survei KPK Ungkap Praktik Menyontek Pelajar dan Kedisiplinan Guru-Dosen, Ini Hasilnya
Hasil survei menunjukkan bahwa 69 persen siswa mengatakan masih ada guru yang terlambat hadir ke sekolah, dan 96 persen mahasiswa menyatakan masih ada dosen yang terlambat ke kampus.
"Bahkan di 96 persen kampus dan 64 persen sekolah masih ada dosen/guru yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas," kata Wawan.
Secara keseluruhan, skor SPI Pendidikan 2024 berada di angka 69,50.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.