KOMPAS.com - Lebih dari 1.000 jemaah haji dari seluruh dunia meninggal saat menjalani ibadah haji 2024 di Tanah Suci.
Dikutip dari AFP News, Kamis (20/6/2024), salah seorang diplomat Arab melaporkan sebanyak 658 jemaah haji Mesir wafat di Tanah Suci.
Sedangkan, otoritas India melaporkan ada 98 jemaah asal negaranya yang meninggal saat menunaikan ibadah haji tahun ini.
Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, per Sabtu (22/6/2024), sebanyak 255 jemaah haji Indonesia meninggal di Arab Saudi.
Tidak hanya itu, Pakistan, Malaysia, Yordania, Iran, Senegal, Tunisia, Sudan, dan wilayah otonimi Kurdistan Irak ikut mengonfirmasi adanya korban jiwa pada ibadah haji kali ini.
Lantas, apa saja faktor penyebab jemaah haji asal berbagai negara yang meninggal di Arab Saudi sampai lewat 1.000 orang tahun ini?
Baca juga: Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang
Penyebab utama kematian jemaah haji di Arab Saudi berasal dari gelombang panas (heat wave) yang menyerang Tanah Suci bertepatan pada musim haji tahun ini.
Diberitakan The Irish Times (19/6/2024), suhu di Mekkah sempat tercatat mencapai 51,8 derajat Celsius.
Gelombang panas ini menjadi tantangan tersendiri bagi jemaah haji yang menjalankan ibadah tahun ini, karena memicu beberapa masalah.
Dilansir dari BBC, Kamis (21/6/2024), berikut beberapa faktor yang jadi penyebab sejumlah jemaah haji di tengah gelombang panas:
Gelombang panas bukanlah kali pertama terjadi di Arab Saudi pada musim haji, sehingga pemerintah setempat sebenarnya telah bersiap memberikan peringatan untuk menghadapi cuaca ekstrem ini.
Kementerian Kesehatan Saudi telah mengimbau jemaah haji untuk menghindari paparan panas dan menjaga tubuh selalu terhidrasi, sebab dapat memicu sengatan panas (heat stroke).
Seorang jemaah haji asal Nigeria Aisha Idris mengaku harus menyirami dirinya dengan air Zam-zam demi bertahan di tengah gelombang panas.
“Aku harus menggunakan payung dan terus-menerus menyiram diri saya dengan air Zam-zam,” kata Aisha.
Meski sudah ada antisipasi, kematian akibat panas selama ibadah haji bukanlah hal baru dan telah tercatat sejak tahun 1400an. Para ahli melaporkan, seiring berjalannya waktu kondisi ini diperburuk oleh krisis iklim