KOMPAS.com - Sa’ad bin Ubadah adalah sahabat Nabi Muhammad yang terkenal dengan kedermawanannya.
Ia tercatat sebagai salah satu kaum Anshar (penduduk Madinah yang menyambut dan membantu Rasulullah), yang menjadi pemeluk Islam paling awal.
Sa'ad bin Ubadah juga turut serta dalam Baiat Aqabah atau Perjanjian Aqabah, yang dilakukan sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Sepeninggal Nabi Muhammad pada tahun 632, Sa'ad bin Ubadah adalah orang yang dicalonkan sebagai khalifah dari kaum Anshar.
Meski pada akhirnya tidak terpilih menjadi khalifah, ia dikenang sebagai sosok yang selalu memperjuangkan Islam dengan kepandaian dan harta kekayaannya.
Berikut biografi Sa’ad bin Ubadah.
Baca juga: Abu Ayyub Al-Anshari, Sahabat yang Pernah Menampung Rasulullah
Sa'ad bin Ubadah adalah putra Ubadah bin Dulam, kepala klan Saidah, dan Hamrah al-Thalitha binti Mas'ud, dari klan Najjar.
Bani Saidah dan Bani Najjar merupakan klan Bani Khazraj di Madinah.
Dari era sang kakek, keluarga Sa'ad bin Ubadah telah terkenal akan kedermawanannya.
Kemurahan hatinya diakui secara luas oleh penduduk Madinah. Sa'ad bin Ubadah tidak hanya membantu kaum miskin yang kekurangan dan memberi makan masyarakat yang kelaparan, tetapi juga mau menanggung utang kerabat jauhnya.
Kedermawanan Sa’ad kemudian juga terkenal di kalangan para sahabat Nabi.
Ia sering sekali menjamu dalam jumlah banyak, dan mengundang orang-orang datang ke rumahnya untuk menikmati daging.
Ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah, Sa’ad mempersiapkan jamuan berupa daging dan Tsarid (makanan berupa roti yang diremukan dan dicampur kuah daging).
Ia juga pernah menghidangkan Tufaishal (sejenis sup), yang dihabiskan oleh Nabi Muhammad hingga kenyang.
Padahal sebelumnya Nabi tidak pernah memakan hidangan hingga kenyang. Dari peristiwa tersebut para sahabat menyadari bahwa Rasulullah sangat menyukai sup yang diberikan Sa’ad.
Baca juga: Upaya Nabi Muhammad Membangun Perekonomian Madinah