KOMPAS.com - Hari ini, Senin, 21 April 2025, mungkin kamu bertanya-tanya, 21 April memperingati hari apa? Jawabannya: hari ini adalah Hari Kartini, momen tahunan yang diperingati bangsa Indonesia untuk mengenang jasa Raden Ajeng Kartini.
R.A. Kartini adalah sosok pelopor emansipasi perempuan dan tokoh pendidikan yang membakar semangat perjuangan lewat pikiran dan tulisannya.
Dalam setiap peringatan Hari Kartini, kita biasa melihat para siswa dan guru memakai kebaya, batik, atau pakaian adat lainnya. Ada berbagai lomba, seminar, hingga kegiatan seni.
Namun, satu hal yang tak pernah absen adalah puisi Hari Kartini ungkapan jiwa yang lahir dari kekaguman terhadap semangat Kartini yang tak padam ditelan zaman.
Berikut adalah contoh puisi Kartini dan contoh puisi Hari Kartini sebagai inspirasi untuk merayakan Hari Kartini 2025!
Baca juga: Hari Kartini Dulu dan Kini: Tradisi, Makna, dan Cara Merayakannya
Tak banyak yang tahu bahwa puisi Kartini bukan sekadar karya dari penyair modern.
Menurut Rina Ratih dalam buku Puisi Perempuan Penyair Indonesia dan Proses Kreatifnya (2022), Kartini pernah menulis sajak dengan menggunakan nama samaran “Jiwa”.
Kartini menggunakan nama samaran karena pada masa itu perempuan belum punya ruang bebas untuk menulis atau bersuara. Namun Kartini melawan batasan itu.
Puisinya yang berjudul “Manusia dan Hatinya” adalah bukti bahwa Kartini tak hanya memikirkan kesetaraan, tapi juga menuangkannya dalam seni dan bahasa yang dalam.
Dalam bait-bait sajak itu, Kartini bicara tentang hati manusia, cinta, persahabatan, dan simpati, nilai-nilai universal yang melampaui sekat zaman.
Puisi ini pernah dimuat di majalah Api Kartini edisi Juni 1959 dan menjadi warisan sastra yang menggugah hingga kini. Berikut adalah isi puisi Kartini.
Baca juga: Mimpi Kartini, Jejak Perjuangan Pendidikan Perempuan dari Masa ke Masa
Manusia dan Hatinya
Betapa si anak manusia
Betapa asing mula jadinya
Cuma sekilas, hati ikrar setia
Tinggal menetap, tinggal dan esa
Betapa hati di dada
Tersayat dengan suara
Betapa asing mula tadinya
Lama, lama gaungi diri laksana doa
Betapa ini jiwa
Dalam sorak-sorai melanglang
Jantung pun gelegak berdenyar
Bila itu mata sepasang
Ramah pandang menatap
Jabat tangan hangat diulurkan
Tahu kau, samudra biru
Menderai dari pantai ke pantai?
Di mana, bisikkan padaku
Di mana, mukjizat bersemi?
Bayu, tangkas, katakan padaku
Pendatang dari daerah-daerah tanpa nama
Siapa gerangan dia, pendatang tanpa dipinta
Mengikat hati abadi begini?
Oi! Bisikkan padaku, surya bercahaya kencana
Sumber sinar, sumber panas kuasa
Apa gerangan mukjizat agung
Nikmatkan hati bagia begini
Labuhkan, lunakkan derita
Yang selalu datang dengan manjanya?