KOMPAS.com - Pernahkah kamu memperingati Hari Kartini? Banyak dari kita mungkin mengenangnya lewat lomba memakai kebaya, karnaval, atau membaca puisi di sekolah.
Meski tampak sederhana, momen itu sejatinya adalah cara kita menghormati perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan hak bagi perempuan.
Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April bukan sekadar tradisi seremonial di sekolah, tetapi juga memahami makna dan semangat yang diwariskannya. Bahwa perempuan Indonesia punya hak yang sama untuk bermimpi, belajar, dan memimpin.
Yuk kita simak lebih dalam tentang bagaimana tradisi perayaan Hari Kartini dan makna dari perayaannya di bawah ini!
Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan
Kapan Hari Kartini? Jawabannya sederhana namun bermakna dalam: setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini, sebagai bentuk penghormatan terhadap sosok Raden Ajeng Kartini, pelopor emansipasi perempuan Indonesia.
Meski Hari Kartini tidak termasuk hari libur nasional, peringatannya tetap dilaksanakan secara luas oleh sekolah, instansi pemerintahan, organisasi perempuan, hingga komunitas lokal. Tahun ini, Hari Kartini 2025 jatuh pada hari Senin, 21 April 2025.
Namun, peringatan Hari Kartini tak sekadar soal kebaya dan parade. Di balik tanggal itu, tersimpan sejarah panjang perjuangan dan gagasan brilian Kartini yang masih relevan hingga kini.
Lalu, seperti apa sebenarnya sejarah perayaannya? Bagaimana tradisi dan maknanya dulu dan sekarang?
Baca juga: Mengenal R.A Kartini, Sang Pahlawan Emansipasi Wanita
Hari Kartini diperingati kapan? Sejak Kartini diangkat sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden No. 108 Tahun 1964, tanggal 21 April pun ditetapkan sebagai hari penghormatan bagi perempuan Indonesia.
Menurut Jazilati Afifah dalam Perayaan Hari Kartini oleh Keoetamaan Isteri Medan 1939-1941 (2023), jauh sebelum itu peringatan Hari Kartini pertama kali dirayakan oleh Sekolah Van Deventer pada tahun 1929, tepat saat ulang tahun Kartini ke-50.
Setelah itu, gaung peringatan menyebar ke berbagai kota di Jawa pada tahun 1930-an.
Tradisinya diawali dengan pembacaan surat-surat Kartini, sambutan penghormatan, hingga pertunjukan gamelan dan nyanyian pujian.
Bahkan, di beberapa tempat, anak-anak pramuka pribumi menyalakan api unggun sebagai simbol semangat perjuangan.
Baca juga: Nilai Perjuangan 1945 yang Perlu Dilanjutkan oleh Generasi Muda
Tradisi Hari Kartini di sekolah hingga kini masih menjadi kegiatan tahunan yang meriah dan edukatif.
Menurut Trisna Kumala, dkk dalam buku berjudul RA Kartini dalam Berbagai Perpsektif (2021), sekolah-sekolah di seluruh Indonesia menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam memperingati Hari Kartini.