优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Ramalan Ilmiah Kepunahan di Masa Depan, Bagaimana dan Mengapa?

优游国际.com - 12/04/2025, 10:00 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Bayangkan dunia yang begitu panas, begitu kering, dan begitu tidak ramah, hingga tubuh manusia tak lagi mampu menyesuaikan diri. Sebuah planet yang membuat keringat tak lagi bisa menyelamatkan kita. Tampak seperti skenario film fiksi ilmiah? Ternyata tidak. Ini adalah prediksi ilmiah nyata dari masa depan Bumi—jauh di depan, namun penuh peringatan bagi hari ini.

Sebuah studi mutakhir dari University of Bristol, yang diterbitkan dalam Nature Geoscience, memperkirakan bahwa dalam 250 juta tahun mendatang, kehidupan di Bumi bisa menghadapi kepunahan besar-besaran, termasuk manusia dan mayoritas mamalia. Penyebabnya? Superkontinen baru yang dikenal sebagai Pangea Ultima, matahari yang semakin panas, dan kadar karbon dioksida yang melambung tinggi.

Baca juga: Agar Tak Punah, Berapa Manusia yang Dibutuhkan untuk Selamat dari Kiamat?

Ketika Benua Bersatu, Neraka Dimulai

Bumi pernah memiliki superkontinen di masa lalu, seperti Pangea. Dalam jutaan tahun ke depan, benua-benua saat ini diperkirakan akan bersatu kembali menjadi satu daratan raksasa bernama Pangea Ultima. Kedengarannya seperti kisah geologi biasa, namun dampaknya luar biasa.

Bayangkan daratan luas tanpa lautan di sekelilingnya. Tanpa laut, tidak ada efek pendinginan alami. Fenomena ini disebut continentality effect, dan ini hanya satu dari tiga faktor “pemanas” yang dikhawatirkan para ilmuwan.

“Superkontinen ini menciptakan pukulan tiga kali lipat—efek kontinentalitas, matahari yang lebih panas, dan kadar CO2 yang lebih tinggi—yang memperparah suhu di sebagian besar permukaan Bumi,” ujar Dr. Alexander Farnsworth, penulis utama studi ini.

Baca juga: Bukan Asteroid Pemicu Kiamat

Panas yang Tidak Bisa Dihindari

Kondisi iklim pada Pangea Ultima diprediksi sangat ekstrem: suhu rata-rata antara 40 hingga 50°C, dan di beberapa tempat bahkan bisa mencapai 70°C. Lebih buruk lagi, kelembapan yang tinggi akan membuat tubuh tak mampu mengeluarkan panas melalui keringat. Tanpa cara untuk mendinginkan diri, manusia dan banyak mamalia bisa mati karena heat stress fatal.

“Manusia—dan banyak spesies lain—tidak akan bisa bertahan karena tubuh tak lagi mampu membuang panas,” kata Dr. Farnsworth.

Dan jangan harap bisa berteduh di tempat yang sejuk. Studi ini memperkirakan hanya 8% hingga 16% dari daratan yang masih memiliki suhu yang dapat ditoleransi.

Baca juga: Apa yang Akan Terjadi pada Bumi jika Manusia Punah?

Ilustrasi yang menunjukkan geografi Bumi saat ini dan proyeksi geografi Bumi dalam 250 juta tahun, ketika semua benua menyatu menjadi satu benua super (Pangea Ultima). University of Bristol Ilustrasi yang menunjukkan geografi Bumi saat ini dan proyeksi geografi Bumi dalam 250 juta tahun, ketika semua benua menyatu menjadi satu benua super (Pangea Ultima).

Mamalia Juga Terancam

Mamalia, termasuk kita, memang pernah selamat dari perubahan iklim besar. Mereka beradaptasi: hibernasi, berbulu tebal, berpindah habitat. Namun panas seperti ini—panas yang konsisten, luas, dan berkepanjangan—tidak bisa dihindari atau ditoleransi.

“Berbeda dengan dingin, panas ekstrem sangat sulit untuk dihindari jika tidak ada tempat sejuk atau cukup air,” terang Dr. Farnsworth. Air menjadi langka, tanaman mati, dan rantai makanan pun runtuh.

Jejak Sejarah: Kepunahan Sudah Terjadi Sebelumnya

Bumi punya riwayat panjang tentang kepunahan massal. Di antaranya:

  • Ordovisium–Silur (443 juta tahun lalu): 85% kehidupan laut musnah.
  • Permian–Triassic (252 juta tahun lalu): kepunahan terbesar, 90% spesies laut dan 70% spesies darat punah.
  • Cretaceous–Paleogene (66 juta tahun lalu): akhir era dinosaurus akibat hantaman asteroid.

Apa yang membuat kepunahan di masa depan ini unik? Ini bukan karena asteroid, melainkan kombinasi geologi dan iklim yang bergerak lambat, namun pasti.

Baca juga: Apakah Perubahan Iklim Bisa Membuat Manusia Punah?

Isyarat untuk Hari Ini: Kita Sudah Merasakan Awal Gelombangnya

Meski skenario ini baru terjadi ratusan juta tahun dari sekarang, para peneliti mengingatkan bahwa kita sudah berada di jalur berbahaya. Suhu global meningkat. Gelombang panas menjadi lebih sering dan mematikan. Air menjadi komoditas yang makin langka.

“Hari ini kita sudah mengalami panas ekstrem yang membahayakan kesehatan,” tegas Dr. Eunice Lo, peneliti iklim dan kesehatan dari University of Bristol. “Inilah mengapa kita harus segera mencapai emisi nol bersih (net-zero emissions).”

Apa Peran Karbon Dioksida?

Dalam skenario superkontinen masa depan, aktivitas vulkanik akan melepaskan lebih banyak karbon dioksida. Kadar CO2 bisa naik dari 400 ppm saat ini menjadi lebih dari 600 ppm. Angka yang cukup untuk menciptakan efek rumah kaca besar-besaran.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau