KOMPAS.com - Jika kita menjelajah ke mana pun di Bumi — dari taman belakang rumah hingga hutan tropis — kita hampir pasti akan menemukan serangga. Semut, kumbang, jangkrik, tawon, nyamuk, dan banyak lagi adalah pemandangan umum. Yang mengejutkan, jumlah jenis serangga di dunia bahkan melebihi jumlah mamalia, burung, dan tumbuhan jika digabungkan sekalipun.
“Fakta ini telah memikat para ilmuwan selama berabad-abad,” tulis seorang ahli biologi yang mempelajari klasifikasi makhluk hidup.
Dalam dunia biologi, makhluk hidup diklasifikasikan dalam berbagai kelompok. Serangga termasuk dalam filum Arthropoda, yaitu hewan dengan rangka luar yang keras dan kaki yang beruas-ruas.
Namun, tidak semua arthropoda adalah serangga. Contohnya, laba-laba, lobster, dan kelabang juga termasuk arthropoda, tapi bukan serangga.
Serangga sendiri merupakan bagian dari kelas khusus yang disebut Insecta. Ciri khas mereka meliputi enam kaki, dua antena, dan tiga bagian tubuh utama: kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen). Kebanyakan serangga juga memiliki sayap dan mata majemuk — yang membuat cara mereka melihat dunia sangat berbeda dari manusia.
Sebagai gambaran, lalat memiliki sekitar 5.000 lensa di setiap mata, sementara capung memiliki hingga 30.000. Meskipun penglihatannya tidak terlalu tajam, mata majemuk ini sangat efektif dalam mendeteksi gerakan.
Baca juga: Rahasia Ketangguhan Kecoak: Serangga yang Sulit Dikalahkan
Semua serangga berasal dari satu nenek moyang bersama yang hidup sekitar 480 juta tahun lalu — bahkan jauh sebelum nenek moyang vertebrata (hewan bertulang belakang) pertama berjalan di daratan.
Dalam biologi, spesies adalah unit paling dasar untuk mengelompokkan makhluk hidup. Ketika kita menyebut “semut” atau “kupu-kupu,” sebenarnya kita sedang menyebut kategori besar yang mencakup ribuan spesies. Contohnya, ada sekitar 18.000 spesies kupu-kupu di dunia.
Secara sederhana, spesies adalah kelompok makhluk hidup yang dapat kawin silang dan menghasilkan keturunan, tapi tidak bisa kawin dengan kelompok lain. Misalnya, lebah dan semut tidak bisa saling kawin. Bahkan dua jenis lebah — seperti brown-belted bumblebee dan red-belted bumblebee — yang mirip sekalipun, tidak bisa saling kawin. Maka, mereka dikategorikan sebagai spesies yang berbeda.
Setiap spesies juga memiliki nama ilmiah unik, seperti Bombus griseocollis untuk lebah berbaju cokelat. Nama ini penting agar para ilmuwan di seluruh dunia bisa merujuk pada spesies yang sama tanpa kebingungan.
Baca juga: Apa Jadinya jika Semua Serangga di Bumi Punah?
Menghitung jumlah spesies serangga secara pasti sangat sulit — bahkan nyaris mustahil. Beberapa spesies punah setiap tahun, sementara spesies baru terus berevolusi. Oleh karena itu, para ilmuwan menggunakan pendekatan statistik untuk memperkirakan jumlahnya.
Salah satu studi pada tahun 2018 memperkirakan ada sekitar 5,5 juta spesies serangga di Bumi, meskipun angka sebenarnya mungkin berkisar antara 2,6 hingga 7,2 juta.
Menariknya, kumbang saja mencakup sepertiga dari jumlah ini, yaitu sekitar 1,5 juta spesies. Sebagai perbandingan, ada sekitar 22.000 spesies semut, 3.500 spesies nyamuk, 120.000 spesies lalat, dan 30.000 spesies jangkrik dan belalang.