KOMPAS.com - Saat ini, banyak program diet yang berfokus pada penurunan berat badan atau pemenuhan kebutuhan gizi berdasarkan panduan kesehatan.
Namun, kebanyakan dari panduan ini tidak secara spesifik membahas tentang bahaya makanan olahan atau makanan yang diproses ultra (Ultra-Processed Foods atau UPF), padahal penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan ini bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit serius dan bahkan kematian dini.
Makanan olahan ultra-proses adalah makanan yang telah mengalami banyak tahap pemrosesan industri dan sering kali mengandung berbagai bahan tambahan seperti pengawet, perasa buatan, pemanis, dan minyak olahan. Contohnya termasuk:
Makanan ini dirancang agar praktis, memiliki rasa yang sangat enak, dan tahan lama di rak penyimpanan. Namun, ada konsekuensi besar di balik kenyamanan ini: makanan ultra-proses sering kali kekurangan nutrisi yang sebenarnya dibutuhkan tubuh dan bisa berdampak buruk pada metabolisme, kesehatan usus, serta keseimbangan kimia di otak.
Penelitian telah mengaitkan konsumsi makanan ultra-proses dengan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan bahkan gangguan kesehatan mental. Selain itu, karena dirancang agar sangat menggugah selera, makanan ini bisa menyebabkan kecanduan, sehingga kita cenderung mengonsumsinya secara berlebihan tanpa merasa kenyang.
Baca juga:
Meskipun risiko makanan ultra-proses sudah diketahui, kebanyakan program diet belum secara khusus menargetkan pengurangan konsumsinya. Untuk mengatasi hal ini, peneliti dari Universitas Drexel mengembangkan sebuah program intervensi guna membantu orang mengurangi konsumsi UPF dengan berbagai strategi.
Program ini tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga mencakup strategi kesadaran diri untuk menghadapi keinginan makan, perencanaan makanan yang lebih sehat, serta keterlibatan anggota keluarga. Selain itu, peserta juga mendapatkan bantuan finansial untuk membeli makanan yang lebih sehat, yang sering kali lebih mahal dibandingkan makanan ultra-proses.
Baca juga:
Dalam penelitian ini, 14 orang dewasa dengan kondisi kelebihan berat badan atau obesitas yang mengonsumsi setidaknya dua makanan ultra-proses per hari ikut serta dalam program intervensi selama dua bulan. Hasilnya cukup menjanjikan:
Namun, menariknya, meskipun konsumsi makanan ultra-proses berkurang, tidak ada peningkatan signifikan dalam konsumsi buah dan sayur. Hal ini menunjukkan bahwa jika ingin meningkatkan pola makan secara keseluruhan, perlu dorongan tambahan agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi makanan sehat alami.
Baca juga:
Para peserta bertemu setiap minggu dengan pelatih perilaku kesehatan dalam sesi kelompok dan individu. Mereka diajarkan cara mengenali makanan ultra-proses, mengatasi keinginan makan, serta menciptakan lingkungan rumah yang lebih mendukung pola makan sehat.
Untuk mendukung pembelian makanan yang lebih sehat, setiap peserta mendapatkan kartu voucher senilai 100 dollar AS untuk berbelanja bahan makanan yang lebih bergizi. Selain itu, mereka juga diminta mencatat semua makanan yang dikonsumsi dalam hari-hari tertentu guna memantau kemajuan mereka.
Selain dampak fisik yang positif, para peserta juga merasakan manfaat secara mental dan emosional. Banyak dari mereka melaporkan peningkatan suasana hati, lebih berenergi, dan merasa lebih baik secara keseluruhan.
Karena makanan ultra-proses dapat memicu perilaku adiktif, mengurangi konsumsinya bisa membantu seseorang lebih mengontrol pola makan dan memperbaiki hubungan mereka dengan makanan. Hal ini menjadi faktor kunci dalam menjaga kebiasaan makan sehat dalam jangka panjang.
Menurut pemimpin penelitian, Dr. Charlotte Hagerman, penelitian ini membuktikan bahwa orang bisa mengurangi konsumsi makanan ultra-proses jika diberikan alat dan dukungan yang tepat. Bahkan, perubahan pola makan ini bisa memberikan manfaat kesehatan yang signifikan hanya dalam delapan minggu.
Tim peneliti berencana untuk memperluas studi ini dengan melibatkan lebih banyak peserta dan menguji strategi mana yang paling efektif. Mereka juga ingin mengetahui apakah program ini bisa diterapkan di berbagai kelompok masyarakat yang lebih luas.
Baca juga:
Studi ini menyoroti pentingnya kesadaran publik dan kebijakan yang lebih baik dalam mengurangi konsumsi makanan ultra-proses. Karena makanan ini mendominasi pasar, solusi jangka panjang harus berfokus pada aksesibilitas dan keterjangkauan makanan sehat.
Edukasi, insentif keuangan, serta program berbasis komunitas bisa menjadi kunci dalam membantu lebih banyak orang beralih ke pola makan yang lebih sehat. Seiring berjalannya penelitian, temuan ini dapat membentuk pendekatan baru untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pola makan yang lebih baik.
“Mengurangi makanan ultra-proses bisa jadi sulit karena industri makanan memang sengaja membuat kita kecanduan,” kata Dr. Hagerman. “Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, perubahan ini bukan hanya mungkin, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan.”
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.