Pada tahun 1992, FDI Amerika di China diperkirakan 2 miliar dollar. Pada tahun 2000, investasi ini meningkat menjadi lebih dari 11 miliar dollar. Angka ini terus naik, menjadi 59 miliar pada tahun 2010, dan lebih dari 118 miliar pada tahun 2021.
Dalam 30 tahun sejak 1990, FDI Amerika di China melonjak hampir 60 kali lipat.
Pada kurun yang sama, ekonomi China tumbuh spektakuler. Ketika Deng naik ke pucuk pimpinan tahun 1979, GDP China 178.2 8 miliar dollar. Ketika dia meninggal tahun 1997, GDP China 961.60 miliar dolar.
Pada tahun 2010, GDP China melampaui 6 triliun dollar dan pada tahun 2021, angka tersebut mendekati 18 triliun dolar. Selama empat dasawarsa, GDP China melonjak hampir 100 kali lipat.
Sementara itu, ikon berbagai perusahaan besar Amerika--Starbucks, McDonald’s, KFC, dan Papa Johns--menjadi bagian integral kehidupan kota-kota besar China. General Motors mencetak omset terbesarnya di dunia di China.
Baca juga: Apa Itu Virus Langya yang Ditemukan di China?
Apple bermarkas besar di California, namun lebih dari 90 persen produk-produknya dibuat di China dan 20 persen pemasukan globalnya untuk tahun 2022 diperoleh di China.
Hampir 800 juta penduduk China juga terangkat dari garis kemiskinan. Dari kacamata Amerika, ketika Mao meninggal tahun 1976 China adalah “dirt, poor country.”
Pada tahun 2021, dengan GDP hampir 18 triliun dolar, ekonomi China berada di posisi kedua setelah ekonomi Amerika dengan GDP mendekati 23 triliun dolar. Kereta cepat China juga bisa berlari lebih cepat dari kereta Amtrak Amerika.
Tanggal 20 April 2023 yang lalu, Janet L. Yellen, Menteri Keuangan Amerika berpidato di Universitas John Hopkin. Dia menegaskan bahwa keamanan nasional dan HAM adalah prioritas politik luar negeri Amerika, tanpa kompromi, termasuk dalam hubungan AS dengan China.
Namun ujarnya, hubungan ekonomi juga sangat penting. Pada tahun 2021, volume perdagangan antara kedua negara 700 miliar dolar. Decoupling (pemutusan hubungan) ekonomi hanya akan menimbulkan kerugian besar bagi kedua negara.
Yellen sadar bahwa kelindan ekonomi Amerika dan China tidak hanya dalam tapi juga saling menguntungkan.
China, utamanya di bawah Xi Jinping sekarang, sering menyatakan kegerahannya terhadap kritik Amerika terkait situasi HAM dan otoritarianisme Partai Komunis China, dan mulai mencari pasar selain Amerika.
Namun seperti Yellen, Xi tidak bisa mengingkari fakta kelindan ekonomi China dengan Amerika yang dalam dan saling menguntungkan.
Baca juga: Peneliti di Amerika Serikat Kembangkan Vaksin Universal, Apa Itu?
Pemutusan bukan pilihan. Tidak ada jalan lain bagi kedua negara kecuali meneruskan hubungan. Friksi dan konflik akan timbul; mereka harus diatasi melalui engagement, perundingan dan tawar menawar terus menerus.
Muhammad Fuad,
Dosen Prodi Kajian Wilayah Amerika
Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI