KOMPAS.com - Misi peluncuran satelit kecil perusahaan roket Astra Space yang bermitra dengan Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) untuk memantau badai ke orbit mengalami kegagalan.
Rencananya, satelit ini dikirim ke orbit pada 12 Juni 2022. Gagalnya pengiriman satelit disebabkan mesin booster tahap kedua yang mati lebih awal di luar angkasa.
Kegagalan terjadi kira-kira 10 menit setelah berhasil lepas landas dari Rocket 3.3 Astra pada 13.43 ET (1743 GMT) dari landasan peluncuran di Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida.
“Meskipun peluncuran hari ini tidak berjalan sesuai rencana, misi tersebut menawarkan peluang besar untuk sains dan kemampuan peluncuran baru,” ujar Kepala Unit Sains NASA Thomas Zurbuchen, seperti dikutip CNA, Senin (13/6/2022).
NASA bermitra untuk meluncurkan muatan sains berbiaya rendah sebagai cara memacu pertumbuhan di industri roket.
Adapun roket dalam misi peluncuran satelit tersebut membawa dua satelit kecil yang dirancang oleh Laboratorium Lincoln Institut Teknologi Massachusetts.
Satelit akan digunakan mengukur kelembapan dan curah hujan dalam sistem badai tropis.
Satelit ini akan menjadi batch pertama dari konstelasi enam satelit yang dikelola NASA, yang sisanya juga akan diluncurkan mendatang.
Dari tujuh upaya Astra mencapai orbit, termasuk misi uji yang tidak membawa muatan yang menghasilkan pendapatan, dua misi peluncuran telah berhasil masuk orbit masing-masing pada November 2021 dan Maret 2022.
Namun, kegagalan misi peluncuran satelit pemantau cuaca yang terjadi kali ini menjadi yang kedua kalinya bagi Astra pada 2022, saat pendatang baru tersebut mencoba memulai bisnis peluncurannya dengan Rocket 3.3, kendaraan dua tahap yang mampu mengangkat beban 150 kg satelit ke orbit rendah bumi.
Misi satelit TROPICS NASA
Dilansir dari laman Kennedy Space, Astra akan meluncurkan tiga Observasi Time-Resloved dari struktur Curah Hujan dan Intensitas Badai dengan misi Constellation of Smallsats (TROPICS).
Misi TROPICS NASA, satelit ini akan ditempatkan di orbit di atas daerah tropis untuk mengamati sistem badai.
Dalam situs resminya, NASA menuliskan bahwa empat dari enam satelit konstelasi TROPICS tetap akan memenuhi tujuan sainsnya, dengan empat CubeSats yang tersisa didistribusikan dalam dua orbit.
Dengan empat satelit yang tersisa, satelit TROPICS masih akan memberikan pengamatan siklon tropis dengan resolusi waktu lebih baik dibandingkan metode pengamatan tradisional.
Adapun NASA meluncurkan dua dari enam satelit kecil pertama pada 12 Juni lalu, yang akan mempelajari pembentukan dan perkembangan siklon tropis hampir setiap jam, sekitar empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan yang dilakukan satelit saat ini.
Hal tersebut menjadi yang pertama dari tiga peluncuran CubeSAT untuk misi TROPICS NASA.
Satelit yang tersisa akan ditempatkan ke orbitnya selama dua peluncuran berikutnya di tahun ini.
Jika berhasil, satelit TROPICS akan tersebar di tiga bidang orbit untuk mencakup lebih banyak dunia lebih sering.
“TROPICS akan memberi kita pandangan yang sangat sering tentang siklon tropis, memberikan wawasan tentang pembentukan, intensifikasi, dan interaksinya dengan lingkungannya dan menyediakan data penting untuk pemantauan dan peralaman badai,” kata peneliti meteorologi di Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland Scott Braun.
Rencananya, enam satelit berpasangan ditempatkan di tiga orbit rendah bumi dengan sudut dekat 30 derajat di atas khatulistiwa.
Setiap satelit TROPICS memiliki instrumen yang disebut radiometer gelombang mikro yang mengukur emisi atmosfer seperti uap air, oksigen, dan awan.
/sains/read/2022/06/13/113100423/peluncuran-satelit-nasa-untuk-pantau-siklon-tropis-alami-kegagalan