优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Ancaman Isolasionisme AS: Dampaknya terhadap Geopolitik ASEAN dan Indonesia

优游国际.com - 01/04/2025, 15:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

DINAMIKA geopolitik Amerika Serikat (AS) sebagaimana seruan Elon Musk bagi AS untuk menarik diri dari NATO dan PBB, pada 2 Maret 2025, menandai munculnya kembali wacana isolasionisme dalam politik AS.

Dengan begitu, AS harus lebih fokus pada kepentingan domestiknya, dan mengurangi keterlibatannya dalam organisasi internasional.

Pernyataan Elon Musk justru datang pada saat ketegangan internasional semakin meningkat, seperti dalam konflik Rusia-Ukraina, yang memunculkan ketidakpuasan terhadap peran NATO dan PBB dalam menyelesaikan masalah global.

Maka jika AS benar-benar menarik diri dari kedua organisasi tersebut, dampaknya akan meluas jauh lebih besar daripada sekadar mengubah kebijakan luar negeri AS.

Namun juga akan memengaruhi stabilitas geopolitik kawasan, khususnya di Asia Tenggara, dan memengaruhi posisi Indonesia dalam tatanan global.

Bagi Perhimpunan Bangsa-bangsa di Asia Tenggara (ASEAN), yang memiliki kepentingan strategis di kawasan Asia Pasifik, langkah AS untuk meninggalkan NATO dan PBB akan menciptakan ketidakpastian besar.

ASEAN telah lama bergantung pada keterlibatan AS dalam menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan yang rawan konflik, khususnya dalam menghadapi ekspansi militer China di Laut China Selatan.

Baca juga: Mas Elon, Tesla, dan BYD

Tanpa peran aktif AS dalam forum-forum internasional seperti PBB dan kerja sama bilateral melalui ASEAN Regional Forum (ARF), negara-negara anggota ASEAN akan terpaksa mencari alternatif pengamanan, yang mungkin berujung pada fragmentasi atau ketergantungan yang lebih besar pada kekuatan besar lain, seperti China atau India.

Sementara itu bagi Indonesia, yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan aktor penting dalam ASEAN, keputusan AS untuk mundur dari organisasi internasional akan menghadirkan tantangan besar.

Indonesia yang selama ini memegang prinsip "bebas aktif" dalam kebijakan luar negerinya akan menghadapi dilema diplomatik baru.

Di mana ketidakhadiran AS dalam PBB dan NATO akan mengurangi ruang bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk memengaruhi keputusan-keputusan global.

Ini berpotensi memperburuk ketidaksetaraan dalam hubungan internasional, di mana negara-negara besar dapat lebih bebas bertindak tanpa mempertimbangkan konsensus global.

Indonesia yang aktif dalam PBB dan banyak mengandalkan forum internasional untuk menyelesaikan isu-isu kemanusiaan, perdamaian, dan keamanan, akan merasakan dampaknya langsung jika AS menarik diri.

Sebagai negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Indonesia akan kehilangan salah satu mitra penting dalam mendorong kebijakan internasional yang mendukung perdamaian dan stabilitas dunia.

Dampak isolasionisme Vs globalisme

Sekaligus pula bahwa seruan Elon Musk memicu perdebatan panjang yang telah berlangsung di kalangan politik AS –mengenai isolasionisme versus globalisme.

Isolasionisme, yang pernah menjadi bagian penting dari kebijakan luar negeri AS pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, kini kembali mencuat sebagai solusi bagi sebagian kalangan yang merasa bahwa keterlibatan AS dalam organisasi internasional semakin tidak relevan.

Sejak Perang Dunia II, AS telah memainkan peran sentral dalam membentuk tatanan global melalui multilateralisme. Namun di dunia yang semakin terfragmentasi dan multipolar, banyak pihak melihat bahwa pendekatan tersebut perlu diperbaharui.

Di sisi lain, pendukung globalisme berpendapat bahwa AS, sebagai salah satu kekuatan besar dunia, tidak dapat mundur dari peranannya dalam organisasi internasional. NATO dan PBB, misalnya, merupakan dua entitas yang telah lama berperan dalam menjaga stabilitas global.

Tanpa keterlibatan AS, aliansi seperti NATO bisa kehilangan efektivitasnya dalam menghadapi ancaman dari negara-negara besar lainnya, seperti Rusia dan China.

Maka keberlanjutan kerja sama ini diyakini penting untuk mencegah ketegangan global yang dapat berujung pada konflik berskala besar.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau