KOMPAS.com - Toko oleh-oleh merupakan salah satu yang terdampak pandemi. Sebab, kebanyakan pembelinya adalah wisatawan dan mereka yang ingin membawa buah tangan untuk dibawa ke luar kota.
Pengelola usaha Getok Eco, Andreas Purnomo, mengatakan bahwa usahanya pun turut merasakan dampak pandemi. Bahkan, saat pandemi omzet tokonya hanya tersisa 20 persen.
"Penurunan sih sampai 80 persen, omzet kami tinggal 20 persen waktu itu," tutur Andreas kepada 优游国际.com pada Rabu (5/1/2022).
Baca juga:
Lebih lanjut, Andreas menjelaskan bahwa biasanya Getuk Eco bisa memproduksi 700-800 boks. Namun, saat pandemi mereka hanya memproduksi 100 boks dan kadang tidak habis.
"Kalau misal hari biasa mungkin sekitar 500-600 boks, kemudian kalau di weekend bisa 1.000 lebih. Kalau rata-rata saya rasa ya sekitar 700-800 boks per hari. Kalau pandemi itu mungkin hanya sekitar 100 ya, kadang-kadang itu pun enggak habis," jelasnya.
Getuk yang tidak habis biasanya Andres bagikan secara gratis di masjid terdekat sekitar Magelang. Cara ini dilakukan agar produknya tetap dikonsumsi dan tidak mubazir.
Baca juga:
Guna mempertahankan pemasukan Andreas lalu mencoba berjualan secara daring. Cara ini mulai Andreas coba pada Mei 2020, saat pandemi sedang memburuk.
Walau jumlah penjualan daring tidak sesuai harapan, tapi Andreas menyebut bahwa cara ini bisa sedikit membantunya. Khususnya dalam hal branding kepada orang di luar kota.
"Pandemi itu kan di Indonesia kalau enggak salah mulai terasa Maret-April 2020, nah saya mulai buka toko online itu bulan Mei," tuturnya.
Baca juga:
Sebelumnya, Andreas juga telah membuat produk getuk vakum. Sayangnya, penjualnya kurang maksimal, tapi saat produk ini justru membantu Getuk Eco untuk tetap bertahan.
Masa simpan getuk yang sebentar sempat menjadi kesulitan dalam memasarkan produk secara daring. Namun, berkat adanya produk getuk vakum, Andreas justru bisa menjangkau lebih banyak pelanggan di beberapa daerah.
"Saya juga berpikir kalau getuk ini dionlinekan sementara masa kedaluwarsanya cuma tiga hari kan agak repot, karena pengiriman saja sudah beberapa hari kan. Makanya, saya berpikir, 'Oh, kalau begitu getuk ini saya vakum'. Saya beli mesin vakum," ujar Andreas.
Getuk vakum yang telah dibuat sebelumnya, kemudian Andreas atur ulang supaya aman dikirim ke luar kota.
Pengemasan dalamnya menggunakan metode vakum, lalu untuk di bagian luarnya pun diberi bubble wrap supaya lebih aman.
Baca juga:
Meski mengalami penurunan omzet drastis, Andreas bersyukur Getuk Eco masih bisa bertahan. Selain itu, Andreas juga menyadari bahwa pandemi ini justru bisa membuatnya melakukan hal baru.
"Jadi karena pandemi akhirnya malah ada sesuatu yang baru yang bisa saya lakukan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram