KOMPAS.com - Kabar duka datang dari dunia kuliner Semarang. Paimo Al Suparmo, sosok di balik jajanan legendaris Leker Paimo, tutup usia pada Kamis, 10 April 2025 pukul 03.00 WIB, dalam usia 58 tahun.
Kepergiannya meninggalkan jejak mendalam, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi para pencinta kuliner Tanah Air, khususnya warga Semarang.
Leker Paimo bukan sekadar jajanan kaki lima. Ia telah menjelma menjadi ikon kuliner Kota Semarang, dikenal luas dan selalu diburu oleh wisatawan yang datang ke kota ini.
Terletak di Jalan Karang Anyar nomor 37, Brumbungan, Semarang Tengah, warung sederhana milik Paimo nyaris tak pernah sepi antrean. Bahkan, untuk mencicipi satu leker, pembeli rela menunggu hingga berjam-jam lamanya.
Sejarah Leker Paimo
Kisah Leker Paimo dimulai sejak tahun 1978 ketika Paimo dan istrinya mulai menjajakan leker secara berkeliling dengan pikulan di kawasan Kebon Dalem, Semarang.
Saat itu, leker belum menjadi makanan hits seperti sekarang. Paimo hanya dikenal sebagai penjual jajanan biasa, bersaing dengan pedagang lain yang mangkal di depan sekolah-sekolah.
Namun, semangatnya tidak padam. Tahun 1996, Paimo memutuskan menetap dan berjualan di depan gerbang SMA Kolese Loyola.
Keputusan ini menjadi titik balik. Perlahan tapi pasti, lekernya mulai dikenal, berkat inovasi yang tak henti ia lakukan pada pilihan isiannya.
Inovasi kue leker yang melampaui zaman
Berbeda dari leker tradisional yang hanya berisi cokelat, keju, atau pisang, Leker Paimo menyajikan varian yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Paimo memperkenalkan isian seperti kornet, tuna, telur, bahkan keju mozarella yang saat itu masih jarang digunakan dalam jajanan kaki lima.
Ia mengembangkan setidaknya 25 varian topping, dengan dua jenis kulit: tipis renyah dan agak tebal. Harga leker pun bervariasi, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 40.000, tergantung isiannya.
Berkat keberaniannya dalam berinovasi, Leker Paimo menjadi pelopor leker modern dan membuka jalan bagi banyak penjual leker lain di Indonesia.
Kini, nama Leker Paimo tak lagi asing di telinga warga Semarang maupun wisatawan. Banyak yang menjadikan jajanan ini sebagai oleh-oleh wajib ketika berkunjung ke kota ini.
Paimo telah berhasil membangun lebih dari sekadar bisnis; ia mewariskan sebuah rasa, kenangan, dan semangat pantang menyerah yang tak akan mudah dilupakan.
Meski Paimo telah tiada, warisannya akan terus hidup dalam setiap lapisan leker yang dinikmati oleh ribuan orang.
Ia adalah bukti bahwa dengan ketekunan, keberanian berinovasi, dan cinta pada apa yang dikerjakan, sesuatu yang sederhana bisa menjadi luar biasa.
/food/read/2025/04/12/184836775/berpulangnya-paimo-sosok-di-balik-legenda-kuliner-semarang-leker-paimo