Dikutip dari World Health Organization (WHO), penggunaan tembakau pada rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung, dan pembekuan darah.
Penggunaan tembakau juga meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, serta menyebabkan kerusakan pada gigi, gusi, serta kulit yang keriput.
“Yang perlu ditekankan dari bahaya merokok sebetulnya adalah bahayanya yang tidak hanya untuk si perokok, tapi juga untuk orang-orang di sekitarnya, terutama pada orang terdekat,” tegas Adam.
Adam menjelaskan bahwa perokok sekunder pun dapat berisiko terkena kanker paru-paru.
Baca juga: Rincian Harga Jual Eceran Rokok Elektrik dan Konvensional, Naik per 1 Januari 2025
Perokok sekunder adalah orang yang menghirup asap rokok dari perokok lain, baik yang dihembuskan maupun yang berasal dari pembakaran tembakau.
Risiko yang didapat bagi perokok sekunder berupa penumpukan plak di pembuluh darah yang dapat berujung pada serangan jantung.
“Saat ini juga ada istilah thirdhand smoke,” tambah Adam.
Thirdhand smoke (THS) adalah residu asap rokok yang menempel pada permukaan. Residu asap rokok dapat menempel pada permukaan rambut, kulit, pakaian, dan furniture.
Thirdhand smoker juga dapat meningkatkan risiko infeksi paru, terutama pada anak.
Para perokok, walau sebetulnya sudah tahu bahaya yang akan dihadapi, tetap sulit bagi mereka untuk menghentkan kebiasaan merokok.
Sulitnya menghentikan rokok, salah satunya adalah karena adanya adiksi.
Baca juga: Penjelasan Pertamina soal Pemuda di Sidoarjo Dikeroyok Usai Tegur Pembeli yang Buang Rokok di SPBU
Menurut Adam, hal yang membuat rokok menjadi adiksi adalah kandungan nikotin yang ada di dalamnya.
Nikotin merupakan senyawa kimia yang ada pada tanaman tembakau.
Senyawa inilah yang dapat menyebabkan adiksi sehingga sulit untuk melepas kebiasaan merokok.
“Hal itu juga diperparah oleh kultur,” tambah Adam,