KOMPAS.com - Rokok telah lama dikenal sebagai salah satu penyebab utama berbagai penyakit mematikan, mulai dari kanker paru-paru, serangan jantung, hingga gangguan pernapasan kronis.
Peringatan tersebut juga telah dicantumkan pada setiap kemasan rokok di Indonesia, disertai dengan gambar yang menunjukkan akibatnya.
Namun, hal itu tak mengubah jumlah atau populasi orang-orang yang menikmati rokok, terutama bagi laki-laki.
Dikutip dari World Population Review 2025, persentase laki-laki perokok di Indonesia mencapai 74,5 persen dari keseluruhan populasi laki-laki di Indonesia.
Persentase ini menjadikan Indonesia sebagai "juara" pertama perokok laki-laki terbanyak di dunia.
Dokter lulusan Kobe University, Adam Prabata mengunggah postingan mengenai hal tersebut dalam akun instagramnya (@adamprabata). Berikut isi dari postingan tersebut.
“Sertifikat penghargaan dengan tidak bangga diberikan kepada Indonesia sebagai juara 1 perokok laki-laki di dunia. 74,5 %,” tulisnya pada postingan yang diunggah pada Sabtu (16/04/2025).
“Juara 1 sih, tapiiii ????????????,” tambahnya pada keterangan di caption unggahan tersebut.
Berikut tanggapan dari Adam Prabata mengenai 'prestasi' Indonesia sebagai perokok laki-laki terbanyak di dunia.
Baca juga: Benarkah Penyakit akibat Rokok Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan mulai 2025?
“Saya sudah tidak kaget saat melihat datanya,” ujar Adam ketika dihubungi oleh KOMPAS.com pada Kamis, (17/04/2025).
Adam mengatakan bahwa, jika ia tidak salah mengingat, data statistik dari tahun sebelumnya juga menunjukkan hal serupa.
Dikutip dari World Population Review, pada tahun 2022 mengenai populasi perokok di Indonesia menunjukkan data yang tidak jauh berbeda. Populasi laki-laki perokok di Indonesia mencapai 73,1 persen.
Persentase itu juga menempatkan Indonesia menjadi populasi laki-laki perokok tertinggi di dunia pada saat itu.
Lebih lanjut, Adam menjelaskan mengenai bahaya merokok.
Baca juga: Studi: Satu Batang Rokok Bisa Perpendek Umur Harapan Hidup hingga 22 Menit
Adam menjelaskan bahwa perokok dapat memiliki risiko kanker paru atau nasofaring yang berat.