KOMPAS.com - Para ilmuwan, seperti arkeolog atau paleontologis, sering kali menemukan fosil dan artefak peninggalan masa lalu.
Meski tidak hidup di masa tersebut, para ilmuwan mampu memperkirakan usia dari peninggalan-peninggalan yang ditemukan.
Usia fosil maupun artefak tersebut bervariasi dari ribuan hingga ratusan juta tahun yang lalu. Namun, bagaimana mereka bisa menentukan usia tersebut?
Baca juga: Arkeolog Temukan Fosil Mastodon Purba, Diduga Hidup dengan Manusia 13.600 Tahun Lalu
Fosil adalah bukti fisik tumbuhan atau hewan prasejarah, berupa sisa tubuh yang terawetkan atau jejak-jejak lainnya.
Dikutip dari 优游国际.com (11/10/2023), sisa-sisa fosil, termasuk fosil tulang, cangkan, dan gigi, dikenal sebagai fosil tubuh. Tanda-tanda fosil tumbuhan atau hewan lainnya disebut fosil jejak.
Sementara fosil jejak dinosaurus termasuk jejak kaki, jejak kulit atau bulunya, dan kotoran yang disebut koprolit.
Baca juga: Fosil Hobbit dari Spesies Manusia Purba Mungil Ditemukan di Pulau Flores, Hidup 700.000 Tahun Lalu
Berkat fosil, para ilmuwan saat ini dapat mengetahui tentang kehidupan dinosaurus yang hidup jutaan tahun yang lalu.
Penciptaan fosil dapat terjadi dengan berbagai cara, namun semua fosil berasal dari benda-benda yang hidup pada zaman geologis di masa lampau.
Mereka bisa memiliki ukuran sekecil sel tunggal hingga sebesar kerangka dinosaurus atau pohon yang membatu.
Baca juga: Fosil Capit Kepiting Terbesar yang Hidup 9 Juta Tahun Lalu Ditemukan di Selandia Baru
Dilansir dari laman Scientific American, saat memeriksa sisa-sisa dari masa lalu, para ahli menggunakan penanggalan radiometrik.
Itu adalah teknik serbaguna yang melibatkan penghitungan atom radioaktif dari unsur-unsur tertentu yang masih ada dalam sampel.
Untuk sisa-sisa manusia atau hewan dan artefak dari sekitar 50.000 tahun terakhir, para peneliti melihat tingkat karbon 14 dalam sampel, disebut juga "radiokarbon.
Baca juga: Sama-sama Peninggalan Masa Lampau, Ini Perbedaan Fosil dan Artefak
Saat hidup, hewan dan tumbuhan memiliki karbon 14 yang sama dengan lingkungannya. Tetapi ketika mati, mereka berhenti mengonsumsi radiokarbon dan proses radioaktivitas dimulai.
Jadi para peneliti membandingkan jumlah karbon 14 dengan kadar karbon 12 dan karbon 13 untuk menentukan berapa banyak waktu yang telah berlalu sejak suatu organisme binasa.