KOMPAS.com - Sejumlah imuwan mengidentifikasi mutasi kunci pada virus corona SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, yang mungkin meningkatkan risiko infeksi pada otak.
Penemuan tersebut berpotensi menjelaskan alasan di balik gejala neurologis Covid-19 dan fenomena long Covid yang dialami oleh sejumlah penyintas penyakit ini.
Hal tersebut diungkapkan dalam studi terbaru yang terbit dalam jurnal Nature Microbiology pada Jumat (23/8/2024).
Baca juga: Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi
Studi menemukan, SARS-CoV-2 kemungkinan lebih suka menggunakan "pintu belakang" untuk menyusup ke dalam sel dan menginfeksi otak.
Dilansir dari laman Scitech Daily, Jumat, temuan tersebut sebagian dapat menjelaskan mengapa banyak orang mengalami gejala neurologis selama atau setelah terinfeksi virus corona.
Gejala yang dimaksud mencakup kelelahan, pusing, kabut otak, atau kehilangan kemampuan mencium maupun mengecap akibat Covid-19.
Para ilmuwan menduga, gejala-gejala ini mungkin muncul ketika SARS-CoV-2 memasuki sistem saraf pusat.
Namun, bagaimana dan mengapa virus berpindah dari saluran pernapasan ke otak masih belum diketahui jelas hingga saat ini.
Melalui studinya, para ilmuwan menemukan mutasi pada protein spike virus, yang berbentuk seperti paku-paku yang menancap pada permukaan.
Protein spike ini digunakan virus untuk memasuki sel manusia dengan mengikat molekul yang disebut ACE2 pada permukaan sel.
"Protein spike SARS-CoV-2 melapisi bagian luar virus dan memungkinkannya memasuki sel," kata rekan penulis studi, Judd Hultquist, seperti dikutip Livescience, Selasa (27/8/2024).
Baca juga: Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima
Asisten profesor penyakit menular di Northwestern University, Chicago, Amerika Serikat itu melanjutkan, virus biasanya dapat memasuki sel dengan dua cara.
Pertama, melalui permukaan sel atau disebut pintu depan. Kedua, secara internal setelah diserap ke dalam sel atau disebut juga lewat pintu belakang.
Bagian dari protein spike, yang disebut sebagai situs pembelahan furin (furin cleavage site), membantu virus masuk melalui pintu depan.
Jika situs pembelahan furin tersebut bermutasi atau dihilangkan, maka virus hanya dapat menggunakan rute pintu belakang untuk menginfeksi.
"Sel-sel di saluran pernapasan bagian atas dan paru-paru sangat rentan terhadap SARS-CoV-2, yang dapat memasuki sel-sel ini melalui pintu depan dan belakang," kata Hultquist.
Kendati demikian, untuk mencapai dan bereplikasi (memperbanyak diri) dengan sukses di otak, tampaknya virus harus masuk melalui pintu belakang.
"Menghapus situs pembelahan furin membuat virus lebih mungkin menggunakan jalur ini, dan lebih mungkin menginfeksi sel-sel otak," papar Hultquist.
Baca juga: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Punya Efek Samping TTS, Apa Itu?