Tim Redaksi
KOMPAS.com - Jengkol menjadi salah satu makanan yang digemari sebagian orang di Indonesia.
Jengkol dapat diolah menjadi berbagai jenis hidangan, seperti semur, balado, rendang, gulai, tumis, atau asam manis.
Selain disantap sebagai hidangan, jengkol juga dapat dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tubuh.
Diketahui, jengkol bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Kendati demikian, konsumsi jengkol secara berlebihan tidak direkomendasikan bagi sebagian orang. Siapa sajakah mereka?
Baca juga: Jengkol Disebut Bisa Merusak Ginjal, Benarkah?
Salah satu kelompok yang disarankan membatasi atau tidak mengonsumsi jengkol secara berlebihan adalah ibu hamil.
Dilansir dari , ibu hamil perlu membatasi makan jengkol karena mengandung asam jengkolat.
Kandungan tersebut dapat menyebabkan keracunan jika menumpuk di dalam ginjal.
Penumpukan di dalam ginjal perlu dicegah supaya tidak terbentuk kristal-kristal tajam dalam organ ini.
Dengan begitu, risiko perobekan pada dinding saluran kemih dapat diantisipasi.
Hal tersebut perlu diperhatikan karena robeknya dinding saluran kemih ibu hamil bisa menyebabkan nyeri pada bagian perut bawah, pendarahan saluran kencing, dan gagal ginjal.
Alasan lain mengapa ibu hamil tidak disarankan mengonsumsi jengkol adalah risiko yang berbahaya bagi bayi dan potensi sulit melahirkan.
Hal tersebut dikemukakan peneliti dalam jurnal Global Health Action pada 2018.
Baca juga: 4 Kasus Keracunan yang Pernah Terjadi, dari Konsumsi Jengkol hingga Umbi Gadung
Selain emping mlinjo, penderita asam urat juga disarankan tidak mengonsumsi jengkol secara berlebihan.
Dilansir dari , Kamis (29/6/2023), konsumsi jengkol perlu dibatasi oleh penderita asam urat karena adanya kandungan purin, zat yang dapat diubah menjadi asam urat dalam tubuh.