KOMPAS.com - Kemunculan oarfish kerap disebut sebagai pertanda akan datangnya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.
Karena itulah, munculnya oarfish ke permukaan sempat menghebohkan masyarakat Cile beberapa waktu lalu.
Penangkapan oarfish oleh nelayan setempat ini pun menjadi viral di media sosial TikTok usai diunggah akun pada Senin, 11 Juli 2022.
Dalam unggahan dengan hampir 20 juta penonton tersebut, tampak ikan panjang bertulang diikat di bagian kepala saat para nelayan memindahkannya ke darat.
Diberitakan (13/7/2022), oarfish yang tertangkap nelayan di Cile memiliki panjang sekitar 16 kaki atau hampir 5 meter.
Baca juga: Fenomena Kemunculan Oarfish dan Mitos Prediksi Gempa...
Lantas, benarkah kemunculan oarfish pertanda gempa bumi dan tsunami?
Masih dari sumber yang sama, oarfish adalah ikan yang tinggal di laut dalam. Konon, ikan ini dianggap memiliki kekuatan untuk meramal masa depan.
Anggapan tersebut kian santer usai pada 2011, lusinan oarfish terlihat di Jepang sebelum gempa mengguncang Fukushima yang memicu gelombang tsunami.
Namun, anggapan tersebut dibantah oleh Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono.
Menurut Daryono, belum ada bukti empiris yang menunjukkan bahwa kemunculan oarfish ke permukaan adalah tanda akan ada bencana alam.
"Belum ada bukti empiris tentang hal itu. Kemunculannya bisa jadi karena dinamika oseanografi, sakit, atau tua," tutur dia saat dihubungi 优游国际.com, Sabtu (23/7/2022).
Baca juga: Mengenal Ikan Oarfish dan Keunikannya
Hal senada diungkapkan oleh Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Dr Mohammad Mukhlis Kamal.
"Belum ada kesimpulan yang meyakinkan terkait itu (kemunculan oarfish ke permukaan merupakan pertanda tsunami atau gempa)," ujarnya terpisah, saat dihubungi 优游国际.com, Sabtu (23/7/2022).
Meski begitu, Mukhlis menyampaikan, para ilmuwan Jepang percaya bahwa oarfish dapat menjadi petunjuk terjadinya gempa bumi di suatu wilayah.
Pasalnya, menurut Kiyoshi Wadatsumi, salah seorang ilmuwan Jepang, hewan-hewan yang tinggal di perairan dalam diduga dapat mendeteksi atau lebih sensitif terhadap adanya pergerakan atau pergeseran kerak bumi.