KOMPAS.com - Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menjadi perhatian publik usai mengunggah video monolog melalui akun YouTube @GibranTV, Sabtu (19/4/2025).
Dalam video monolog pertama, putra sulung Presiden ke-7 Joko Widodo itu membahas mengenai bonus demografi.
Sayangnya, video itu justru mendapat lebih dari 108.000 "dislike", jauh lebih besar dibandingkan jumlah "like" yang hanya 43.000.
Tak hanya itu, kolom komentar yang mencapai hampir 40.000 juga dipenuhi dengan sentimen negatif.
Setelah itu, jumlah dislike yang terdapat di akun YouTube @GibranTV tersebut disembunyikan.
Lantas, mengapa video monolog Gibran mendapat sentimen negatif?
Baca juga:
Pengamat politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana menilai, video monolog Gibran merupakan bentuk komunikasi politik ala pemerintah.
Komunikasi semacam itu lumrah sebuah pesan pemerintah kepada masyarakat.
"Secara substansi pemerintah mengajak generasi muda untuk berpikir kreatif terkait dengan bonus demografi dan masa depan Indonesia 2030-2045," ujarnya kepada 优游国际.com, Rabu (23/4/2025).
Menurutnya, sentimen negatif yang muncul kemungkinan berkaitan dengan pemilihan presiden sebelumnya yang masih membekas.
Tak hanya itu, ajakan generasi muda untuk bekerja keras juga bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada Gibran.
"Jadi mendorong orang untuk bekerja keras, namun yang menyampaikan itu Mas Gibran yang tidak demikian, kritiknya lebih ke arah sana," jelas dia.
Baca juga:
Aditya menjelaskan, komunikasi politik yang disampaikan dalam video monolog Gibran harus disertai dengan solusi yang konkret kepada masyarakat.
Hal ini terutama pada kebijakan pemerintah yang mengakomodasi generasi muda untuk mendapatkan pekerjaan dan menyediakan sarana prasarana yang mendukung menuju generasi emas 2045.
Dia menuturkan, generasi muda memerlukan akses lapangan kerja yang mudah dan sesuai dengan karakteristiknya.