优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Mobil Terbang sebagai Alat Transportasi: Mimpi atau Dapat Jadi Nyata?

Bahkan, sejumlah mobil terbang memiliki kemampuan untuk beroperasi tanpa ada pengemudi di dalamnya.

Kemudian narasi dalam berbagai video itu menyampaikan pesan yang intinya adalah "Mobil terbang ini akan mulai diproduksi sebagai alat transportasi sehari-hari dalam beberapa tahun kedepan."

Namun, setelah beberapa tahun, bahkan setelah berpuluh-puluh tahun, narasi yang masih mirip terus berulang tanpa pernah ada mobil terbang yang benar-benar diproduksi sebagai alat transportasi sehari-hari.

Apakah mobil terbang hanya akan sukses dalam uji coba tanpa pernah benar-benar berhasil memasuki pasar alat transportasi sehari-hari?

Apa saja peluang dan tantangan produk mobil terbang untuk dapat masuk kedalam pasar alat transportasi sehari-hari?

Sebetulnya ide tentang "mobil terbang" bukan ide yang baru muncul akhir-akhir ini. Bahkan, sebelum keberhasilan pesawat terbang pertama kali pada 17 Desember 1903, oleh Wright bersaudara, telah ada orang yang mencoba membuat mobil terbang, walaupun belum berhasil.

Misalnya, imigran asal Jerman bernama Gustav Albin Weisskopf telah mencoba membuat mobil terbang di Connecticut pada 1901. Namun, tidak pernah ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukannya berhasil.

Autoplane dibuat dengan menggabungkan konsep mobil "Model T Ford" dan pesawat bersayap tiga bidang (triplane) "Model L Curtiss".

Mobil Model T produksi Ford Motor Company sejak 1908 sebelumnya telah menjadi produk mobil yang sukses di pasaran.

Dengan lebih dari 15 juta unit yang terjual, mobil Model T dari Ford mencatat penjualan terbanyak sepanjang sejarah hingga 1972, setelah munculnya produk Beetle dari Volkswagen.

Adapun pesawat Model L buatan Curtiss merupakan pesawat latih sipil yang juga dibuat dalam versi militer untuk Angkatan Darat dan Angkatan Laut saat itu.

Autoplane sempat menempuh uji coba dan berhasil menggunakan gaya angkat sayapnya untuk "melompat", walaupun belum berhasil sepenuhnya terbang.

Perkembangan lebih lanjut Autoplane terhenti setelah "Curtiss Aeroplane and Motor Company" memfokuskan diri membuat pesawat terbang untuk keperluan penerbangan Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

Sejak saat itu, sejumlah penemu dan perusahaan silih berganti bermunculan dengan berbagai macam konsep untuk mewujudkan mimpi mobil terbang.

Pada 1937, muncul Waterman Arrowbile, kombinasi antara mobil dan pesawat terbang yang dapat menempuh kecepatan sekitar 180 km/jam di udara dan 85 km/jam di darat.

Airphibian dibuat dengan konsep dasar yang berbeda dari mobil terbang sebelumnya.

Alih-alih mengambil model konversi mobil menjadi pesawat, Airphibian dibuat sebaliknya dengan mengambil model konversi pesawat menjadi mobil.

Sayap dan baling-baling pesawat dapat dilepas dan disimpan dalam fuselage ketika pesawat tersebut akan melaju di jalanan darat.

Model konversi tersebut kemudian melahirkan istilah "roadable aircraft", yaitu pesawat yang dapat dipakai menempuh jalanan darat. Proses konversi itu dapat berlangsung hanya dalam waktu lima sampai sepuluh menit.

ConvAirCar merupakan sedan dua pintu yang juga memiliki sayap, ekor dan baling-baling yang dapat dilepas.

Mobil terbang tersebut berhasil menjalani uji coba terbang selama satu jam dengan jarak sekitar 200 km.

Namun pengembangan ConvAirCar terhenti setelah mengalami kecelakaan dalam uji coba terakhirnya pada 1947.

Upaya untuk menghidupkan kembali program ConvAir pada 1948, kurang mendapat sambutan dari para investor.

Pada 1949, Aerocar yang dirancang oleh Molt Taylor berhasil melakukan penerbangan perdananya.

Aerocar berhasil melalui berbagai uji coba terbang dan uji coba di jalan darat dalam tahun-tahun berikutnya. CAA lalu memberikan persetujuan untuk produksi massal Aerocar pada Desember 1956.

Namun demikian, konsumsi bahan bakar yang sangat tinggi dari Aerocar dipadu dengan krisis produksi minyak bumi dalam tahun-tahun berikutnya membuat Aerocar tidak pernah sukses memasuki pasar.

Memasuki Abad ke-21, berbagai teknologi baru mewarnai perkembangan mobil terbang.

Pada 2009, perusahaan bernama Terrafugia menciptakan "Terrafugia Transition", mobil yang dapat bertransformasi menjadi pesawat dalam hitungan menit.

Sayap Terrafugia Transition dapat dilipat saat digunakan di darat dan dibentangkan saat akan terbang. Proses transformasinya dirancang untuk berlangsung dengan mudah dan cepat.

Terrafugia Transition juga menggunakan sistem propulsi hybrid yang menggabungkan mesin bensin dan motor listrik. Hal tersebut memberikan efisiensi bahan bakar yang baik dan performa optimal.

Material komposit yang digunakan dalam Terrafugia Transition juga membuat struktur kendaraan lebih ringan untuk digunakan dalam proses penerbangan.

Seperti halnya Terrafugia Transition, AeroMobil juga menggunakan model transformasi antara mobil dan pesawat. AeroMobil menggunakan mesin hybrid dan material komposit dalam proses pembuatannya.

Namun, berbeda dengan desain awal Terrafugia Transition yang konvensional dan mirip pesawat ringan, AeroMobil dibuat dengan desain yang futuristic dan sporty.

Abad XXI pun diwarnai dengan lahirnya varian baru alat transportasi yang sering disebut pula sebagai "flying taxi" atau disebut juga sebagai "flying car" (mobil terbang), walaupun tidak lagi terlihat berbentuk seperti mobil pada umumnya.

Varian baru itu biasa disebut sebagai wahana eVTOL (electric Vertical Take-Off and Landing), yaitu wahana bertenaga listrik yang dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal.

Pada dasarnya, wahana eVTOL adalah "drone" besar yang dapat membawa manusia sebagai penumpangnya.

Beberapa contoh eVTOL, misalnya, adalah Volocopter, eHang, Kitty Hawk dan Lilium.

Namun, seperti halnya generasi mobil terbang terdahulu, belum ada wahana eVTOL yang telah benar-benar menjadi bagian dari alat transportasi sehari-hari.

Mengapa demikian?

Salah satu masalah utama eVTOL adalah belum adanya teknologi baterai yang cukup ringan dan praktis sekaligus juga dapat menghasilkan daya listrik yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan penerbangan.

Dengan teknologi baterai yang ada saat ini, daya angkut eVTOL masih relatif kecil.

Demikian pula jarak tempuh dengan daya baterai yang ada saat ini masih relatif dekat dengan durasi terbang yang juga tidak terlalu lama.

Keadaan di atas membuat eVTOL belum benar-benar menjadi alternatif alat transportasi yang digunakan sehari-hari secara luas.

Kendati begitu, saat ini mulai muncul solusi untuk masalah baterai, yaitu dengan menggunakan Energi Nuklir.

Walaupun namanya berarti "Capung", tapi Dragonfly sebenarnya jauh lebih besar dibanding capung yang kita lihat sehari-hari.

Dengan massa sebesar 450 kg, Dragonfly memiliki massa setara rata-rata tujuh ekor Komodo (yang dalam Bahasa Inggris sering juga disebut sebagai "Komodo Dragon").

Mungkin lebih tepat jika wahana VTOL tersebut dinamai "Dragon" saja karena, dengan delapan rotor bertenaga Nuklir yang dimilikinya, drone yang setara tujuh ekor Komodo Dragon itu dapat terbang hingga ketinggian 4000 m.

Lebih canggih lagi, Dragonfly memiliki sistem kendali otonom sehingga dapat beroperasi tanpa pilot.

Namun ada satu masalah, Dragonfly belum dirancang untuk dioperasikan di Bumi. Dragonfly dirancang untuk dioperasikan di Bulan Titan, salah satu bulan yang memiliki atmosfer di orbit Planet Saturnus.

Wahana VTOL bertenaga nuklir tersebut akan melakukan perjalanan eksplorasi ke Titan selama 10 tahun dimulai dari Juli 2028.

Penerbangan ke Titan memerlukan waktu 6 tahun sehingga Dragonfly dijadwalkan mendarat di Titan pada 2034.

Apakah teknologi seperti Dragonfly dapat diadaptasi untuk VTOL yang beroperasi di Bumi?

Dragonfly memiliki sumber daya listrik sebesar 70 Watt dari generator jenis MMRTG (Multi-Mission Radioisotope Thermoelectric Generator).

Generator sejenis MRTG ini telah banyak digunakan untuk berbagai wahana ruang angkasa ke Mars dan ke berbagai planet lainnya.

Wahana-wahana ruang angkasa terjauh yang diluncurkan keluar tata surya kita dan memasuki ruang antarbintang (interstellar), yaitu Voyager 1 & Voyager 2, juga menggunakan generator sejenis MMRTG.

Pada dasarnya MMRTG adalah Baterai Nuklir yang mengonversi panas menjadi listrik.

Tentu dengan teknologi yang ada sekarang terlalu berisiko jika suatu wahana VTOL bertenaga baterai nuklir beroperasi di tengah-tengah pemukiman manusia.

Masih diperlukan teknologi sealing yang lebih baik sehingga radiasi baterai nuklir tersebut tidak membahayakan manusia dan makhluk hidup lain di sekitarnya.

Tentu saja hal tersebut tidak sepenuhnya mustahil dilakukan. Banyak teknologi yang di masa lalu terlihat mustahil, tapi kemudian ternyata dapat diproduksi.

Misalnya, pesawat terbang yang ratusan tahun lalu masih dianggap khayalan. Namun, sejak awal Abad XX, ternyata pesawat yang lebih berat dari udara benar-benar dapat dibuat dan kemudian terbang.

Hingga saat ini, sekitar 2 juta pesawat terbang berbagai jenis telah dibuat di berbagai negara. Miliaran orang pun telah menggunakan jasa pesawat terbang untuk keperluan transportasi mereka.

Wahana VTOL berenergi listrik, hidrogen atau bahkan nuklir bukan mustahil suatu saat menjadi bagian dari alat transportasi sehari-hari di planet lain maupun di permukaan Bumi.

Negeri kita Indonesia pun tentu dapat menjadi bagian dari inovasi-inovasi teknologi penerbangan dan ruang angkasa jika kita dapat memanfaatkan berbagai potensi yang telah Tuhan anugerahkan pada negeri tercinta ini.

Salah satu langkah penting untuk itu adalah pembangunan "Biak, Papua Aerospace Industrial Complex", seperti yang telah penulis sampaikan dalam artikel sebelumnya.

/tren/read/2024/11/23/123651265/mobil-terbang-sebagai-alat-transportasi-mimpi-atau-dapat-jadi-nyata

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke