KOMPAS.com - Sejumlah kebiasaan yang dilakukan saat usia muda, ternyata dapat memicu kerusakan otak.
Padahal, otak merupakan aset berharga yang memiliki peran vital.
Mengenali kebiasaan atau aktivitas sehari-hari menjadi langkah penting untuk menjaga fungsi kognitif tetap optimal hingga usia senja.
Lantas, apa saja kebiasaan di usia muda yang memicu kerusakan otak?
Baca juga: Kronologi Lengkap Titiek Puspa Meninggal, Sempat Alami Pendarahan Otak Usai Syuting Acara TV
Berikut adalah beberapa kebiasaan di usia muda yang berpotensi merusak otak:
Dilansir dari Times of India, paparan cahaya redup dalam jangka waktu yang cukup lama dapat mengganggu ritme sirkadian alami tubuh.
Ritme sirkadian merupakan jam alami tubuh yang berlangsung selama 24 jam. Ini menjaga tubuh beroperasi pada siklus bangun dan tidur yang sehat.
Jika ritme sirkadian terganggu, hal itu dapat memengaruhi suasana hati, kognisi, dan fungsi otak secara keseluruhan.
Paparan cahaya alami yang memadai sangat penting untuk mengatur siklus tidur dan menjaga kesehatan otak secara optimal.
Paparan berita negatif yang berlebihan ternyata dapat memicu respons stres pada otak. Jika otak mengalami stres, akan menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan fungsi kognitif.
Mendorong pola konsumsi informasi di media secara seimbang dan membatasi paparan berita yang negatif dapat mendukung perkembangan otak yang lebih sehat pada anak-anak.
Baca juga: Apa Itu Pendarahan Otak yang Dialami Titiek Puspa Sebelum Meninggal Dunia?
Mendengarkan musik atau konten audio lainnya menggunakan headphone dengan volume tinggi dapat merusak struktur halus telinga bagian dalam.
Jika struktur halus telinga rusak, dapat menyebabkan hilangnya pendengaran dan kesulitan memproses pendengaran.
Mendorong penggunaan headphone yang proporsional dan membatasi paparan terhadap suara keras dapat melindungi kesehatan pendengaran anak-anak, serta menjaga fungsi otak agar tetap berfungsi secara optimal.
Kurangnya interaksi sosial dan keterasingan dapat berdampak buruk pada perkembangan otak. Jika saat usia muda kurang berinteraksi, dapat menyebabkan perasaan kesepian, depresi, dan gangguan fungsi kognitif.