KOMPAS.com - Siti Sukaptinah atau dikenal sebagai Nyonya Sunaryo Mangunpuspito adalah tokoh emansipasi perempuan dari Yogyakarta, yang aktif berorganisasi sejak era pergerakan nasional.
Ia tercatat pernah aktif di organisasi Jong Java, Jong Islamieten Bond, Istri Indonesia, Barisan Pekerja Perempuan Putera, PB Muslimat Masyumi, dan menjadi sekretaris dalam Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, ia terpilih sebagai satu dari dua anggota perempuan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Setelah Indonesia merdeka, kiprah Siti Sukaptinah sebagai aktivis perempuan terus berlanjut hingga akhir hayatnya.
Berikut ini biografi singkat Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito.
Baca juga: Rohana Kudus, Wartawan Perempuan Pertama di Indonesia
Melansir esi.kemdikbud.go.id, Siti Sukaptinah lahir pada 28 Desember 1907 di Yogyakarta.
Ia merupakan putri sulung dari R. Panewoe Prawira’oelama atau akrab dipanggil Panewu Suronto, seorang abdi dalem bagian ibadah di Keraton Yogyakarta.
Sedangkan ibu Sukaptinah membuka sebuah industri rumah tangga dengan membuat batik dan menerima pesanan makanan.
Kakek Sukaptinah bernama Kandjeng Panembahan Mangkoerat, salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro.
Di usia 7 tahun, Sukaptinah masuk di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Keputran, yang dibuka bagi keluarga kerajaan dan anak-anak para abdi dalem.
Sepulang sekolah, Sukaptinah mengikuti kegiatan mengaji di Aisyiyah, di mana ia mengenal baik kehidupan KH Ahmad Dahlan dan istrinya.
Pada 1922, Sukaptinah lulus dari HIS, kemudian melanjutkan sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Ngupasan, Yogyakarta.
Namun, ia tidak menamatkan pendidikan di MULO karena sang ayah menginginkannya menjadi guru.
Baca juga: Sejarah Aisyiyah, Organisasi Perempuan Muhammadiyah
Pada 1924, Sukaptinah pindah sekolah ke Taman Guru Taman Siswa.
Setelah lulus pada 1926, Sukaptinah langsung diangkat menjadi pamong di Taman Siswa.