KOMPAS.com - Di balik rimbunnya semak di Australia Selatan, seekor burung mungil bernama superb fairy-wren atau cikrak peri agung melantunkan kicauannya. Tapi tunggu dulu—kicauan itu bukan hanya soal memikat pasangan atau mengusir saingan. Ada yang lebih dalam: kepribadian.
Kita sudah lama tahu bahwa burung berkicau untuk bertahan hidup—memikat pasangan atau menjaga wilayah dari pesaing. Tapi sebuah pertanyaan baru muncul: bisakah kicauan menunjukkan karakter atau kepribadian si burung itu sendiri? Ternyata bisa!
Dalam penelitian terbaru dari Flinders University, para ilmuwan menemukan bahwa kepribadian burung—baik yang jantan maupun betina—ikut membentuk gaya kicauannya. Studi ini dilakukan pada burung superb fairy-wren (Malurus cyaneus), spesies unik yang betinanya juga pandai bernyanyi.
Baca juga: Studi: Dengarkan Kicau Burung Terbukti Bikin Bahagia dan Sehat
Dalam dunia sains perilaku hewan, kepribadian berarti perilaku yang konsisten dalam berbagai situasi. Misalnya, ada burung yang suka menjelajah dan berani, tapi ada juga yang pemalu dan lebih hati-hati.
Penelitian ini menyoroti dua jenis kepribadian utama:
Kepribadian seperti ini ternyata berdampak besar pada cara burung belajar dan menyusun lagu.
Menariknya, burung cikrak peri agung sudah mulai belajar lagu bahkan sejak masih di dalam telur! Mereka terus belajar seiring bertambah usia. Lagu-lagu mereka bukan sekadar suara, tapi hasil pembelajaran dari “guru” di sekitarnya—baik orang tua, teman, maupun burung lain di lingkungan.
“Burung yang lebih eksploratif memiliki lebih banyak variasi dalam lagunya. Mungkin karena mereka belajar dari lebih banyak sumber,” jelas Dr Diane Colombelli-Négrel, peneliti utama studi ini.
Baca juga: Lockdown Membuat Kicauan Burung Lebih Merdu, Studi Ini Jelaskan
Burung superb fairy-wren atau cikrak peri agung
Peneliti menangkap 102 burung—62 jantan dan 40 betina—di Cleland Wildlife Park. Setiap burung diuji kepribadiannya dengan dua metode:
Setelah itu, burung dilepaskan dan para peneliti merekam lebih dari 1.000 lagu mereka. Setiap lagu dianalisis—berapa banyak variasi suara, unsur langka, hingga jumlah suku katanya.
Hasilnya menarik: burung yang suka menjelajah memiliki lagu yang lebih kompleks. Mereka menggunakan lebih banyak jenis suara, termasuk yang jarang terdengar.
Ini masuk akal—karena mereka lebih sering berinteraksi dan mendengar suara dari burung lain, mereka pun punya lebih banyak bahan untuk “diaransemen” dalam lagu mereka.
Di sisi lain, burung yang agresif cenderung menyanyikan lagu dengan lebih sedikit suku kata. Mungkin karena mereka lebih fokus menunjukkan dominasi atau kekuasaan dengan cara yang langsung dan efisien.
Menariknya, untuk burung muda, sifat agresif malah berkaitan dengan lebih banyak variasi suara. Mungkin ini cara mereka “unjuk gigi” di awal kehidupan sosialnya. Tapi setelah dewasa, lagu mereka jadi lebih pendek dan to the point.
Baca juga: Mengapa Burung Mengeluarkan Beragam Suara Saat Berkicau?
Satu hal yang cukup mengejutkan: burung betina menyanyikan lagu yang lebih panjang dan lebih banyak suku kata dibandingkan jantan. Ini bertentangan dengan temuan sebelumnya di populasi lain.