KOMPAS.com - Dua ekor mummichog menjadi ikan pertama yang pergi ke luar angkasa. Pada tahun 1973, ikan kecil ini meroket menggunakan salah satu kapsul awak Apollo, yang terkenal sebagai bagian dari Skylab 3, misi ke stasiun luar angkasa NASA.
Selama tiga minggu, ikan-ikan tersebut terguling-guling di dalam kantong plastik, mengalami disorientasi total karena tidak adanya gravitasi Bumi, hingga akhirnya mereka dapat kembali berenang lurus.
Kedua mumichog tersebut (ditambah 48 lainnya yang menetas dari telur di Skylab 3) adalah entri pertama dalam sejarah panjang penjelajahan ikan ke luar angkasa, yang telah mengajarkan banyak hal tentang pengaruh gaya berat mikro terhadap makhluk hidup.
Hampir 50 tahun kemudian, empat ikan zebra dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Tiangong Tiongkok. Alih-alih berada dalam kantong plastik, mereka hidup dalam ekosistem mandiri.
Baru-baru ini, astronot Tiongkok melaporkan bahwa ikan zebra, yang diluncurkan pada tanggal 25 April bersama dengan beberapa alga, masih hidup dan sehat.
Eksperimen ini bertujuan untuk melihat pengaruh gaya berat mikro akan terhadap siklus hidup ikan dan siklus alami lainnya di lingkungan tertutupnya.
Hasilnya, diketahui bahwa dampak gaya berat mikro jauh melampaui keadaan tanpa bobot yang dialami manusia di luar angkasa.
Hal ini menyebabkan perubahan pada hampir seluruh fungsi tubuh, mulai dari tulang hingga jantung dan otak.
Untuk menghabiskan lebih banyak waktu di luar angkasa, seperti dalam misi panjang ke Mars, sangatlah penting untuk memahami perubahan biologis ini.
Baca juga: Bagaimana Astronot Menanam Tanaman di Luar Angkasa?
Manusia itu rumit dan sulit dipelajari, terutama jika ingin melacak perubahannya sejak lahir. Dan, di sinilah ikan berperan penting.
Ikan zebra adalah contoh bagus dari organisme model, spesies yang telah dipelajari secara ekstensif untuk membantu para ahli memahami aspek biologi tertentu, seringkali dengan cara yang tidak dapat dilakukan pada manusia.
Meskipun ikan zebra terlihat sangat berbeda dengan manusia, mereka sebenarnya memiliki banyak organ utama yang sama, dan tubuh mereka umumnya bekerja sama seperti manusia, bahkan hingga ke tingkat sel.
Ikan zebra juga berukuran kecil, mudah dirawat, dan benar-benar tembus pandang sebelum menetas, sehingga memungkinkan para ilmuwan untuk mengintip bagian dalamnya selama perkembangannya.
Para ilmuwan juga lebih mudah memanipulasi genetika pada ikan ini, sehingga memungkinkan banyak eksperimen penting yang tidak mungkin atau tidak etis dilakukan pada manusia.
Di Bumi, ikan zebra telah digunakan dalam berbagai eksperimen medis, mulai dari cara kerja perkembangan embrio hingga fungsi sel kekebalan selama infeksi, bahkan wawasan tentang penyakit genetik.
Sedangkan, di luar angkasa, ikan telah dipelajari sejak tahun 1970an, ketika mereka terbang dengan misi stasiun luar angkasa Salyut 5 Rusia.
Baca juga: Apa Makanan Pertama yang Dimakan di Luar Angkasa?
Banyak ikan lainnya, termasuk mummichog, yang telah terbang ke luar angkasa.
Misalnya, ikan kodok tiram yang sedikit lebih besar dibawa ke luar angkasa dengan pesawat ulang-alik NASA Columbia pada akhir tahun 1990-an, sehingga para ilmuwan dapat melihat bagaimana otak mereka beradaptasi dengan gravitasi Bumi saat mereka kembali.
Di Stasiun Luar Angkasa Internasional pada tahun 2010, sekelompok ikan medaka digunakan untuk melacak hilangnya kepadatan tulang dan melihat bagaimana radiasi yang lebih tinggi di luar angkasa menurunkan DNA mereka.
Menurut pengarsip NASA Julie Pramis, arsip NASA juga berisi beberapa catatan tentang penelitian terhadap ubur-ubur, ikan mas, ikan guppy, salamander, dan kadal air.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.