优游国际

Baca berita tanpa iklan.
优游国际.com - 03/05/2024, 18:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Umumnya, orang terserang flu, setidaknya, setahun sekali. Ini menjadikan flu musiman sebagai hal yang sering dialami manusia. Namun, sejak kapan dalam sejarah Homo sapiens manusia mulai terkena flu?

Pertanyaan ini sulit untuk dijawab karena banyak virus yang menyebabkan pilek dan hanya sedikit virus yang dapat bertahan dengan baik pada tubuh manusia. Namun, ada kemungkinan bahwa beberapa Homo sapiens paling awal terkena flu setidaknya 300.000 tahun yang lalu.

"Flu biasa" adalah istilah umum untuk sekelompok infeksi pernapasan yang cenderung ringan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat.

Rhinovirus, virus corona, dan virus pernapasan syncytial ( RSV ) sering menjadi penyebabnya. Namun, sebelum patogen ini mulai menyebar antar manusia, manusia mungkin sudah tertular dari vertebrata lain.

Tinggal berdekatan dengan hewan adalah cara pasti untuk terpapar virus baru dan mendapatkan paparan berulang yang dapat mengakibatkan virus tersebut menjadi virus endemik pada manusia.

Baca juga: Belasan Kucing di Peternakan Texas Mati Usai Minum Susu yang Terkontaminasi Flu Burung

Biasanya, ketika virus hewan berpindah ke manusia, virus tersebut gagal menimbulkan infeksi karena tidak beradaptasi dengan inang barunya. Namun, suatu virus terkadang memiliki rangkaian gen yang tepat untuk berhasil melakukan lompatan dan menyebar ke manusia, misalnya, virus COVID-19 dan "flu babi".

Para ilmuwan memiliki hipotesis berbeda mengenai kapan virus flu pertama kali muncul, dan menempatkan permulaannya pada titik yang sangat berbeda dalam sejarah umat manusia.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa virus ini mungkin mulai menyebar dari hewan ke manusia pada awal peradaban manusia, sekitar 5.000 hingga 6.000 tahun yang lalu. Saat itu, manusia mulai hidup berdekatan, sehingga patogen dapat menyebar dengan mudah, dan mereka mulai beternak hewan yang membawa virus.

Namun, tidak semua ilmuwan setuju dengan hipotesis ini. François Balloux, ahli biologi komputasi di University College London, mengatakan bahwa populasi pemburu-pengumpul yang tidak bertani juga terkena virus hewan melalui perburuan.

Pemburu-pengumpul sudah ada sejak sebelum Homo sapiens, misalnya, pada spesies manusia yang telah punah seperti Homo erectus yang pertama kali muncul 2 juta tahun lalu.

Baca juga: WHO Peringatkan Penyebaran Virus Flu Burung yang Meningkat

Balloux menyatakan bahwa berbagai virus flu datang dan pergi sepanjang evolusi manusia pada waktu yang berbeda-beda. Balloux menduga, salah satu peristiwa yang menyebabkan peningkatan signifikan penularan patogen pada manusia adalah perluasan ke luar Afrika. Homo sapiens paling awal yang ditemukan di luar Afrika berasal dari 210.000 tahun yang lalu.

Menggali virus flu kuno

Penyakit akibat flu tidak akan bertahan lama. Virus-virus ini biasanya meninggalkan tanda-tanda infeksi pada jaringan lunak, seperti paru-paru, yang akan rusak setelah kematian, bukan pada tulang atau gigi yang kuat.

Genom virus telah ditemukan pada sisa-sisa manusia purba, tetapi hanya untuk virus berbasis DNA, bukan untuk virus yang mengandung RNA. Sepupu genetik DNA ini jauh lebih umum terjadi pada virus flu.

Balloux dan Lucy van Dorp, ahli genetika di University College London, telah mencari virus purba di gigi manusia dari penggalian di Siberia.

Dalam makalah yang diterbitkan ke bioRxiv, mereka melaporkan dua genom kuno untuk virus DNA yang disebut human adenovirus C, yang dapat menyebabkan gejala flu. Para peneliti memperkirakan bahwa nenek moyang terakhir virus ini berumur sekitar 700.000 tahun, kemungkinan jauh sebelum Homo sapiens muncul.

Virus itu mungkin telah melompat dari simpanse atau gorila ke manusia, tetapi kapan tepatnya hal itu terjadi masih bersifat spekulatif.

Meskipun para ilmuwan belum menemukan virus RNA dari zaman kuno, para peneliti menemukan virus corona abad ke-16 pada pulpa gigi dari kerangka manusia di Prancis. RNA tersebut berbeda dengan virus corona modern yang diketahui, sehingga menunjukkan bahwa patogen bersejarah ini mungkin telah punah atau berevolusi hingga tidak dapat dikenali lagi.

Namun, ada kemungkinan bahwa virus corona ini terus beredar pada manusia, tetapi belum diurutkan di zaman modern.

Dengan sisa-sisa virus purba yang sangat sedikit, Balloux dan rekan-rekannya kini fokus pada patogen di masa lalu. Mereka mempelajari sisa-sisa manusia yang diawetkan secara kimia yang dikumpulkan selama dua abad terakhir dan disimpan di fasilitas medis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau