GAZA, KOMPAS.com - Ratusan warga Palestina melakukan aksi unjuk rasa anti-Hamas di Gaza, Selasa (25/3/2025) waktu setempat. Para demontran turun ke jalan-jalan dan menuntut Hamas mundur dari kekuasaan. Aksi protes anti-Hamas itu digambarkan sejumlah media sebagai yang terbesar di Gaza sejak perang dengan Israel pecah pada Oktober tahun lalu.
BBC melaporkan, para anggota Hamas yang menggunakan penutup wajah, beberapa bersenjata api dan yang lainnya membawa pentungan, membubarkan massa secara paksa, serta menyerang sejumlah demonstran.
Video yang banyak beredar di media sosial, yang diunggah para aktivis yang biasanya kritis terhadap Hamas, menunjukkan para pemuda berbaris di jalan-jalan di Beit Lahia, Gaza bagian utara, Selasa kemarin. Mereka berteriak "... keluar, keluar, keluar, Hamas keluar".
Baca juga: Jet Israel Mengebom Ruang Operasi RS di Khan Younis, Anggota Biro Politik Hamas Tewas
Para pendukung Hamas membela organisasi itu. Mereka menganggap demonstrasi tidak signifikan, serta menuduh para peserta sebagai pengkhianat. Hamas sendiri belum mengeluarkan pernyataan.
Aksi protes di Gaza utara itu terjadi sehari setelah kelompok Jihad Islam menembakkan roket ke Israel.
Israel membalas dengan memutuskan untuk mengevakuasi sebagian besar warga Beit Lahia. Hal itu memantik kemarahan publik di wilayah tersebut.
Setelah hampir dua bulan gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari, Israel kembali melancarkan operasi militer di Gaza.
Israel beralasan, Hamas menolak proposal baru dari AS untuk memperpanjang gencatan senjata.
Hamas, di sisi lain, menuduh Israel tidak mematuhi kesepakatan awal dalam gencantan senjata yang dicapai pada pertengahan Januari.
Sejak Israel melanjutkan operasi militernya dengan serangan udara pada 18 Maret, ratusan warga Palestina tewas dan ribuan orang lainnya terpaksa kembali mengungsi.
Salah seorang demonstran, Mohammed Diab, warga Beit Lahia, rumahnya hancur akibat perang dan saudaranya juga tewas dalam serangan udara Israel setahun yang lalu.
"Kami menolak mati demi siapa pun, demi agenda partai mana pun, atau demi kepentingan negara asing," katanya kepada BBC.
"Hamas harus mundur dan mendengarkan suara mereka yang berduka, suara yang muncul dari bawah puing-puing—itulah suara yang paling jujur."
Baca juga:
Rekaman video dari kota itu juga menunjukkan para demonstran yang berteriak, "gulingkan kekuasaan Hamas, gulingkan kekuasaan Ikhwanul Muslimin".
Hamas berkuasa penuh di Gaza sejak 2007, setelah memenangi pemilu Palestina pada tahun sebelumnya, kemudian menyingkirkan saingan-saingannya dengan kekerasan.