VATIKAN, KOMPAS.com – Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus pada Senin (21/4/2025) pagi waktu setempat.
Meski dalam kondisi kesehatan yang sangat menurun, pemimpin 1,4 miliar umat Katolik ini tetap menjalankan tugasnya hingga saat-saat terakhir hidupnya.
Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun akibat stroke dan gagal jantung yang tak dapat dipulihkan, setelah sebelumnya sempat dirawat lebih dari lima minggu di rumah sakit karena pneumonia.
Baca juga: Paus Fransiskus Berpulang: Selamat Tinggal Sosok Welas Asih, Pesanmu Akan Abadi
Meski dokter menyarankan dua bulan istirahat total, ia tetap memilih untuk aktif menjalankan tugas-tugasnya sebagai Pemimpin Gereja Katolik.
Pada Minggu Paskah, sehari sebelum wafatnya, Paus Fransiskus tampil di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak Februari.
Ia muncul di Lapangan Santo Petrus dengan mobil berwarna putih, menyapa puluhan ribu umat yang bersorak menyambutnya.
Meski suaranya terdengar serak dan lemah, Paus sempat mengucapkan "Selamat Paskah" dan menyampaikan pesan perdamaian yang dibacakan oleh seorang ajudan.
Dalam pesannya, ia menyerukan gencatan senjata di Gaza, meminta pembebasan sandera oleh Hamas, serta mengecam peningkatan anti-semitisme di dunia.
Hari itu, Paus juga menerima Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance dan Perdana Menteri Kroasia Andrej Plenkovic dalam pertemuan singkat yang penuh makna.
Baca juga: Vatikan: Paus Fransiskus Tahu Umurnya Tak Lama Lagi, Langsung Lakukan Ini
“Saya senang bisa menemuinya kemarin, meskipun beliau tampak jelas sedang sakit,” tulis Vance di media sosial.
Menurut Kardinal Michael Czerny, Paus Fransiskus tetap menjaga keseimbangan antara pemulihan dan tanggung jawab sebagai Uskup Roma.
“Ia wafat dengan 'bau domba',” katanya, mengacu pada ungkapan yang sering digunakan Paus untuk menyemangati para uskup agar dekat dengan umat.
Austen Ivereigh, penulis biografi Paus, menyebut Paus Fransiskus sebagai seseorang yang “ahli dalam memilih waktu” dan selalu menempatkan kehadiran pastoralnya sebagai prioritas utama.
“Ia memastikan kita memiliki paus pada hari Paskah,” ujarnya.
Selama masa pemulihan, Paus dirawat oleh perawat pribadi selama 24 jam dan menggunakan oksigen melalui selang kecil di hidung.
Ia sempat menggunakan ventilasi non-invasif selama dirawat di rumah sakit, namun tidak lagi setelah pulang.
Baca juga: Mengenang Paus Fransiskus dan Kemanusiaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.