KOMPAS.com - Sejumlah produsen di China membagikan video yang menyebut bahwa tas bermerek dunia diproduksi di "Negeri Tirai Bambu".
Dalam video tersebut, mereka menyibak biaya di balik barang-barang mewah yang umumnya dikonsumsi kelas menengah ke atas. Tak hanya itu, para produsen juga menampilkan proses pembuatan hingga saran bagi pembeli.
Dikutip dari The Express Tribune, salah satu video menyebut bahwa tas Birkin yang seharga 38.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 638 juta ternyata biaya produksinya hanya 1.000 dollar AS atau Rp 16 juta.
Video lain menyebutkan celana legging yang dijual oleh Lululemon seharga 100 dollar AS atau sekitar Rp 1,6 juta bisa lebih murah jika dibeli secara langsung, yakni 5-6 dollar AS atau sekitar Rp 80.000-Rp 100.000.
Perlu diketahui, laporan Statista pada 2023 mengidentifikasi antara 200 dan 250 merek mode dan aksesori di seluruh dunia yang dikategorikan di bawah label mewah.
Ada sekitar 70 hingga 100 merek mode mewah yang diakui secara global yang dianggap berada di puncak kelasnya. Merek-merek ini sering dimiliki oleh konglomerat mewah seperti LVMH dan Kering.
Lantas, mengapa produsen di China membagikan video tentang tas dan barang-barang mewah yang diklaim diproduksi di negaranya?
Baca juga: Bukan 145 Persen, Ini Tarif Impor yang Ditetapkan Trump untuk Smartphone dari China
Fenomena produsen China ramai-ramai membagikan video tentang barang mewah yang diklaim dibuat di "Negara Tirai Bambu" dengan biaya yang lebih murah itu disebut sebagai "Trade War TikTok".
Trade War TikTok menampilkan produsen atau pekerja pabrik yang menunjukkan produksi, membagikan rincian biaya, dan memberikan saran kepada pelanggan Amerika agar memesan secara langsung supaya mendapat harga yang lebih murah.
Dikutip dari News18, beberapa video mengeklaim bahwa perbedaan produk bermerek dan produk yang lebih murah hanya karena labelnya.
Misalnya, satu video mengeklaim menjual celana legging yang dibuat di pabrik yang sama dengan Lululemon hanya seharga 5–6 dollar AS, dibandingkan dengan harga ecerannya sebesar 100 dollar AS.
“Bahan dan pengerjaannya pada dasarnya sama karena berasal dari jalur produksi yang sama," kata dia.
Para produsen memilih barang-barang mewah karena produk tersebut menunjukkan kesenjangan terbesar antara biaya pembuatan dan harga jualnya.
Dalam satu video lainnya, yang telah ditonton jutaan kali, seorang pria mengeklaim bahwa 80 persen tas mewah dibuat di China, tidak peduli negara mana yang tercantum pada labelnya.
Meski demikian, para ahli telah memperingatkan bahwa banyak dari video tersebut mungkin mempromosikan produk palsu atau tiruan.