Penulis Dark Luxury, sebuah buletin tentang industri barang mewah, mengatakan, "Mereka mencoba menyamakan produsen palsu di China dengan produsen asli. Mereka sangat pintar dengan media sosial mereka, dan mereka sangat efektif dalam mendorong permintaan di Barat".
Louis Vuitton telah berulangkali mengatakan bahwa mereka tidak membuat produk apa pun di China.
Sementara itu, seorang juru bicara Lululemon juga mengklarifikasi bahwa hanya sekitar 3 persen dari produk akhirnya yang dibuat di China dan perusahaan tersebut mencantumkan semua mitra manufaktur resminya di situs webnya.
Tren Trade War TikTok disebut sebagai bentuk protes warga China terkait kebijakan tarif Trump.
Mereka melakukan protes tersebut di tengah kebijakan Trump yang memberlakukan tarif 145 persen untuk semua impor dari China. Sementara China menanggapinya dengan tarif 125 persen untuk barang-barang AS.
AS juga mengakhiri aturan "de minimis" yang mengizinkan produk senilai di bawah 800 dollar AS untuk masuk ke negara itu tanpa bea. Sekarang, semua impor dari China dan Hong Kong dikenakan pajak tanpa memandang nilainya.
Hal ini telah memicu kekhawatiran di kalangan usaha kecil Amerika yang bergantung pada produk buatan China. Banyak dari mereka yang biasa mengirimkan barang langsung dari China ke pelanggan di AS tanpa memerlukan gudang.
Perusahaan seperti Nike misalnya yang sangat bergantung pada manufaktur di China dan Asia Tenggara sedang meninjau ulang rantai pasokan mereka. Beberapa bahkan mempertimbangkan untuk memindahkan produksi kembali ke AS untuk menghindari komplikasi tarif.
Bagi konsumen, dampaknya sederhana yaitu harga yang barang menjadi lebih tinggi.
Dengan meningkatnya biaya, banyak yang kini mencari alternatif yang lebih murah dan transparansi yang lebih baik tentang asal produk dan berapa biaya pembuatannya.
Baca juga: Resto China di Madrid Gunakan Merpati Jalanan sebagai Hidangan Bebek Panggang
Beberapa perusahaan produksi barang-barang mewah sudah membantah bahwa produk mereka dibuat di China.
Salah satu brand tas mewah adalah Hermes. Perusahaan tersebut membantah bahwa tasnya diproduksi di China. Tas-tas Hermes dibuat di Perancis. Merek tersebut kemudian memberi gudang di beberapa wilayah termasuk Pantin, di luar Paris, Ardennes, Lyon, dan Normandy, dan masih banyak lagi.
Dibutuhkan setidaknya 15-40 jam untuk memproduksi satu tas Hermes. Untuk model seperti Birkin, Kelly atau Constance, pengerajin berlatih hingga 5 tahun sebelum mereka dapat membuatnya, seperti dikutip dari Newsweek.
Hermes juga menggunakan penyamakan kulitnya sendiri guna memastikan kualitas kontrol mulai dari kulit hingga tas jinjingnya.
Tas Hermes diautentikasi dengan kode pengerajin yang dicap, biasanya terdapat di bawah penutup atau di bagian dalam tas. Kode ini menunjukkan tahun dan gudang pengerjaan.