Mobil terbang tersebut berhasil menjalani uji coba terbang selama satu jam dengan jarak sekitar 200 km.
Namun pengembangan ConvAirCar terhenti setelah mengalami kecelakaan dalam uji coba terakhirnya pada 1947.
Upaya untuk menghidupkan kembali program ConvAir pada 1948, kurang mendapat sambutan dari para investor.
Pada 1949, Aerocar yang dirancang oleh Molt Taylor berhasil melakukan penerbangan perdananya.
Aerocar berhasil melalui berbagai uji coba terbang dan uji coba di jalan darat dalam tahun-tahun berikutnya. CAA lalu memberikan persetujuan untuk produksi massal Aerocar pada Desember 1956.
Baca juga: Starship: Menuju Penerbangan Hypersonic Jakarta-Amsterdam di Bawah 1 Jam?
Namun demikian, konsumsi bahan bakar yang sangat tinggi dari Aerocar dipadu dengan krisis produksi minyak bumi dalam tahun-tahun berikutnya membuat Aerocar tidak pernah sukses memasuki pasar.
Memasuki Abad ke-21, berbagai teknologi baru mewarnai perkembangan mobil terbang.
Pada 2009, perusahaan bernama Terrafugia menciptakan "Terrafugia Transition", mobil yang dapat bertransformasi menjadi pesawat dalam hitungan menit.
Sayap Terrafugia Transition dapat dilipat saat digunakan di darat dan dibentangkan saat akan terbang. Proses transformasinya dirancang untuk berlangsung dengan mudah dan cepat.
Terrafugia Transition juga menggunakan sistem propulsi hybrid yang menggabungkan mesin bensin dan motor listrik. Hal tersebut memberikan efisiensi bahan bakar yang baik dan performa optimal.
Material komposit yang digunakan dalam Terrafugia Transition juga membuat struktur kendaraan lebih ringan untuk digunakan dalam proses penerbangan.
Pada 2014, muncul produk mobil terbang asal Slovakia yang dinamai "AeroMobil". Perancangan AeroMobil sebetulnya sudah dimulai sejak 1990-an.
Seperti halnya Terrafugia Transition, AeroMobil juga menggunakan model transformasi antara mobil dan pesawat. AeroMobil menggunakan mesin hybrid dan material komposit dalam proses pembuatannya.
Namun, berbeda dengan desain awal Terrafugia Transition yang konvensional dan mirip pesawat ringan, AeroMobil dibuat dengan desain yang futuristic dan sporty.
Abad XXI pun diwarnai dengan lahirnya varian baru alat transportasi yang sering disebut pula sebagai "flying taxi" atau disebut juga sebagai "flying car" (mobil terbang), walaupun tidak lagi terlihat berbentuk seperti mobil pada umumnya.
Varian baru itu biasa disebut sebagai wahana eVTOL (electric Vertical Take-Off and Landing), yaitu wahana bertenaga listrik yang dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal.
Pada dasarnya, wahana eVTOL adalah "drone" besar yang dapat membawa manusia sebagai penumpangnya.
Beberapa contoh eVTOL, misalnya, adalah Volocopter, eHang, Kitty Hawk dan Lilium.
Namun, seperti halnya generasi mobil terbang terdahulu, belum ada wahana eVTOL yang telah benar-benar menjadi bagian dari alat transportasi sehari-hari.
Mengapa demikian?
Salah satu masalah utama eVTOL adalah belum adanya teknologi baterai yang cukup ringan dan praktis sekaligus juga dapat menghasilkan daya listrik yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan penerbangan.
Dengan teknologi baterai yang ada saat ini, daya angkut eVTOL masih relatif kecil.
Demikian pula jarak tempuh dengan daya baterai yang ada saat ini masih relatif dekat dengan durasi terbang yang juga tidak terlalu lama.
Keadaan di atas membuat eVTOL belum benar-benar menjadi alternatif alat transportasi yang digunakan sehari-hari secara luas.