KOMPAS.com - Belakangan ini kecelakaan beruntun akibat rem truk yang mengalami blong kerap terjadi.
Diberitakan sebelumnya, pada Senin (11/1/2024), truk pengangkut kardus menabrak beberapa mobil di Km 92 Tol Cipularang atau Purbaleunyi, Purwakarta, Jawa Barat dan menyebabkan satu orang meninggal dunia serta 27 lainnya luka-luka.
Terbaru, truk tronton dengan rem blong menghantam beberapa warung dan kendaraan di dekat tanjakan Silayur, Kelurahan Ngaliyan, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah pada Kamis (21/11/2024) dan menyebabkan 2 orang tewas.
Lantas, apa penyebab rem truk sering blong dan memicu kecelakaan maut?
Baca juga: Update Kecelakaan Tol Cipularang Km 92: Dugaan Penyebab, Data Korban, dan Nasib Sopir Truk
Dosen Teknik Mesin Univesitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jayan Sentanuhady mengatakan, ada tiga hal yang menyebabkan rem blong pada truk.
Pertama karena kelebihan muatan atau overload. Membawa banyak barang melebihi ambang batas akan mengurangi efektivitas pengereman truk.
"Misalnya, truk didesain efektivitas pengeremannya lima ton, truknya ada isi delapan ton. Efektivitasnya menjadi buruk, yang seharusnya bisa berhenti 100 meter, karena tonasenya nambah berhentinya mungkin jadi 150-180 meter," jelasnya kepada ÓÅÓιú¼Ê.com, Jumat (22/11/2024).
Alasan kedua adalah kampas rem yang panas akibat pengereman terus-menerus. Apabila suhu kampas tinggi, gaya gesek rem tromol akan menurun drastis. Hal ini mungkin terjadi ketika truk sering melewati medan yang menurun.
Penyebab ketiga dan yang paling utama adalah, kurangnya pemeliharaan (maintenance). Padahal, pemeliharaan kendaraan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui kelayakan komponen truk.
"Misalnya, oli bocor apa tidak, kampas remnya tebal apa tipis itu bisa dicek dan kampas rem ini akan berumur sekian bulan lagi. Tapi kalau tidak di-maintain, akhirnya selang-selang dan flexible hose-nya yang berumur tua ketika diinjak rem terkena tekanan, pecah," tambahnya.
Baca juga: Kronologi dan Jumlah Korban Kecelakaan Truk Tabrak Warung di Ngaliyan Semarang
Jayan menambahkan, di luar dari penyebab tersebut, setiap kendaraan, termasuk truk harus rutin melakukan uji KIR.
Uji KIR adalah pemeriksaan bagian-bagian kendaraan agar memenuhi syarat teknis dan laik jalan. Selain itu, melalu uji KIR, kendaraan akan dites apakah layak digunakan secara teknis di jalan raya.
Pengujian ini dilakukan enam bulan sekali, khususnya bagi kendaraan yang mengangkut banyak penumpang atau barang, seperti truk, bus, mobil pikap, atau angkutan umum lainnya.
Namun di sisi lain, pengecekan dan tes dalam uji KIR biasanya dilakukan dalam kondisi kendaraan bermuatan kosong. Artinya, tidak sama dengan kondisi saat di lapangan. Oleh sebab itu, Jayan menekankan maintenance tetap perlu dilakukan secara berkala.
"Kunci pertama perawatan, kedua adalah uji KIR, karena tidak mungkin saat dites truk harus bermuatan penuh," ujarnya.
Bahkan, lanjut Jayan, terkadang pengujian KIR belum tentu dilakukan secara benar oleh agen pemegang merk (APM) selaku pihak swasta yang melayani uji KIR.
Karenanya, perlu ada evaluasi terhadap pelaksanaan uji KIR, misalnya, di wilayah yang sering terjadi kecelakaan akibat rem blong.
"Yang perlu dicek adalah kemungkinan pengerjaan uji yang tidak dilakukan dengan benar. Artinya, truk rem blong diuji KIR, apakah itu sudah dicek dengan benar?" tambahnya.
Baca juga: Kecelakaan Balikpapan, Uji KIR Kendaraan Jadi Sorotan, Ini Aturannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita ÓÅÓιú¼Ê.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.