KOMPAS.com - Fenomena El Nino mungkin memicu kepunahan massal terburuk dalam sejarah Bumi, yang memusnahkan lebih dari 90 persen kehidupan.
Sekitar 252 juta tahun lalu, kepunahan massal yang mengakhiri periode geologi Permian adalah yang terburuk dari lima peristiwa bencana global dalam sejarah Bumi.
Peristiwa yang juga dikenal dengan nama Great Dying ini bahkan lebih dahsyat daripada kepunahan akibat asteroid raksasa yang menjadi malapetaka bagi dinosaurus.
Dilansir dari Livescience, Kamis (12/9/2024), penelitian baru dalam jurnal Science menunjukkan, kelebihan karbon dioksida di atmosfer menyebabkan perubahan iklim.
Pada gilirannya, perubahan iklim ini membunuh 90 persen spesies di Bumi pada akhir periode Permian ratusan juta tahun lalu.
Temuan tersebut memiliki implikasi bagi ilmu iklim modern terkait bagaimana pemanasan global saat ini akan memengaruhi siklus El Nino-La Nina.
Baca juga: Sama-sama Pola Iklim, Apa Beda Fenomena El Nino dan La Nina?
Pada periode Permian, sekitar 298,9 juta hingga 251,9 juta tahun lalu, kehidupan di Bumi berkembang pesat.
Benua raksasa Pangaea atau Pangea ditumbuhi hutan lebat, tempat berbagai reptil berkeliaran di samping amfibi dan kumpulan serangga yang berdengung.
Di lautan, terumbu karang yang menjulang tinggi menjadi rumah bagi nautilus bercangkang spiral, ikan, dan hiu.
Kehidupan itu berjalan sebagaimana mestinya hingga serangkaian retakan gunung berapi raksasa di tempat yang saat ini disebut Siberia di Rusia meletus.
Retakan ini, yang dikenal sebagai Siberian Traps atau Perangkap Siberia, memuntahkan sejumlah besar karbon dioksida ke udara.
Lebih buruk lagi, retakan tersebut meletus di daerah kaya lapisan batu bara, yang ikut menguap ke atmosfer, mengakibatkan suhu lebih tinggi, hujan asam, dan pengasaman laut.
Bahkan, dampak geologis dari letusan ini telah ditemukan di lapisan batuan hingga Afrika Selatan.
Baca juga: Kenapa Thailand Masih Bisa Ekspor Beras meski Dilanda El Nino?
Rekan penulis studi dan profesor paleoenvironment di University of Leeds, Inggris, Paul Wignall mengatakan, efek mega El Nino, fenomena serupa dengan saat ini tetapi lebih intens dan lama, mungkin telah memainkan peran penting.
"Yang kami tunjukkan, itu adalah krisis kepunahan yang disebabkan oleh iklim. Bukan hanya pemanasan, tetapi juga bagaimana iklim bereaksi," kata dia, dikutip dari CNN, Kamis.