KOMPAS.com - Badai tropis Gaemi melanda sejumlah negara di dunia, seperti Filipina, Taiwan, China, dan Jepang.
Badai tersebut memicu banjir, tanah longsor, angin kencang, dan gelombang tinggi di beberapa wilayah.
Diberitakan Antara, Jumat (26/7/2024), bencana badai tropis Gaemi di Filipina menyebabkan 14 orang meninggal, dan lebih dari satu juta orang terdampak di Filipina.
Sebuah kapal tanker yang mengangkut 1,4 juta liter bahan bakar minyak industri juga dikabarkan terbalik dan tenggelam di lepas pantai Manila.
Sedangkan, Pusat Operasi Darurat Pusat dan pihak berwenang Taiwan melaporkan sedikitnya tiga orang meninggal dan 220 orang lainnya terluka. Beberapa sekolah dan kantor di 22 kota serta kabupaten pun terpaksa ditutup sejak Kamis (25/7/2024).
Sementara di China, badai Gaemi membuat 156.800 penduduk di Provinsi Fujian mengungsi, tujuh rute feri ditangguhkan, dan 97 penerbangan dibatalkan.
Badai Gaemi juga mengantam beberapa pulau terpencil di Okinawa, Jepang. Meski belum ada korban meninggal, para pejabat setempat mengimbau masyarakat untuk waspada.
Lantas, apa itu badai tropis Gaemi? Apa dampaknya bagi Indonesia?
Baca juga: BMKG: Daftar Wilayah yang Berpotensi Hujan Ringan hingga Lebat pada 26-27 Juli 2024
Prakirawan Siklon Tropis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dinda Trihandayani menjelaskan, badai tropis Gaemi adalah badai besar dengan pusat tekanan rendah.
Badai itu biasanya terbentuk di atas perairan hangat yang berada di daerah tropis atau subtropis dengan angin kencang mencapai 64 kilometer per jam dan menimbulkan dampak hujan lebat hingga ekstrem.
Dinda melanjutkan, badai itu dinamakan Gaemi oleh Japan Meterological Agency (JMA) lantaran berkembang di wilayah tanggung jawab JMA yang meliputi sebagian besar wilayah pasifik barat.
Badai tropis Gaemi bisa terjadi karena didukung oleh beberapa kondisi meteorologis, seperti suhu permukaan laut yang hangat setidaknya 26,5 derajat Celsius. Sebab, suhu hangat akan menyediakan energi yang cukup untuk pembentukan siklon tropis.
"Air hangat menguap, menyediakan uap air yang akan berkondensasi dan melepas energi saat mencapai atmosfer," ujar Dinda, lewat keterangan resmi yang diterima 优游国际.com, Jumat.
Kondisi lain yang juga menyebabkan badai tropis Gaemi, antara lain atmosfer yang tidak stabil, kelembapan tinggi di lapisan atmosfer, gangguan atmosfer awal, geseran angin yang rendah, jarak yang cukup dari khatulistiwa, dan divergensi di lapisan atas atmosfer.
Badai tropis Gaemi kali pertama terdeteksi pada 21 Juli 2024 di wilayah laut Filipina. Hingga hari ini, siklon tropis Gaemi masih terdeteksi di wilayah Fujian, China. Menurut JMA, badai tersebut berangsung-angsur melemah pada Minggu, (28/7/2024).